Menggoreng' Keuntungan Bisnis Kentang
Konsep unik dan berbeda hanya salah satu penentu kesuksesan bisnis makanan.
Senin, 10 Mei 2010, 12:11 WIB
Amril Amarullah
Kentang (doc Corbis)
BERITA TERKAIT
* Ba'asyir Tak Takut Ditangkap Lagi
* 20 Mobil "Penyelundup" Ditahan di Polwil
* Walikota: Semua Ada Resikonya
* Blokade Pasar Keputran Meresahkan
* Berkas Kasus Pasar Induk Hampir Tuntas
web tools
smaller normal bigger
SURABAYA POST - Kegagalan adalah awal kesuksesan. Pepatah tersebut cocok menggambarkan usaha Robby Widjaya, untuk berwirausaha. Sekitar empat tahunan yang lalu, pria yang hingga saat ini masih menjadi pemasok peralatan farmasi, nekad membuat bisnis sampingan dengan empat orang rekannya.
Saat menggali ide, dia dan rekan-rekannya sepakat untuk membuat bisnis yang simpel dan unik dibanding usaha-usaha yang pernah ada. “Kami temukan yang tepat adalah bisnis kentang goreng. Nah untuk membuatnya beda, jika kentang goreng lazimnya hanya dilengkapi dengan saus sambal, kami melengkapi dagangan kami dengan mayonnaise dan aneka saus rasanya beraneka ragam,” jelas pria satu anak ini.
Ide telah dicetuskan. Berbagai resep andalan juga telah ditemukan. Maka per 8 Desember 2005, berdirilah bisnis kentang goreng dengan nama 'K-Patats' sebagai merek dagangnya. “Abjad ‘K’ singkatan dari King yang artinya raja.
Sedang ‘Patat’ dalam bahasa Belanda artinya kentang. Melalui nama ini kami berharap bisa menjadi raja dengan merintis dan menciptakan sesuatu yang baru dalam bisnis kentang goreng di Indonesia,” urainya.
Namun, tak semua keindahan yang dibayangkan bisa langsung teruwjud. Saat memulai usaha tersebut, outlet pertama yang didirikan di Pasar Atum sempat mengalami kerugian.
“Di tiga bulan pertama penjualan kami, omzet per bulan selalu di bawah Rp 100 ribu. Itu sangat menyedihkan bagi kami yang membangun bisnis ini dengan modal patungan hingga puluhan juta rupiah,” kisahnya.
Di masa-masa sulit tersebut itulah, lanjutnya, komitmen dari kelima pebisnis ini diuji. Beberapa sempat berniat mundur karena beranggapan bisnis ini tidak prospektif. Namun diputuskan bahwa bendera K-Patats harus dipertahankan hingga seluruh harapan dapat diwujudkan.
Setelah bekerja keras dengan melakukan promosi di lokasi tempat outlet berdiri. “Kami mempromosikan bila kentang baik untuk badan. Mengenyangkan, tapi tidak menggemukkan,” ujarnya.
Masuk bulan keempat bisnis tersebut seolah mendapat ‘program akselerasi’. “Persentase pertumbuhannya dari bulan ke bulan tidak hanya mencapai puluhan, melainkan ratusan persen. Karena itu saya menyebut bahwa kuncinya tidak ada yang lain, hanya komitmen. Itu saja,” tukasnya.
Bahkan tegas Robby menggarisbawahi bahwa kuatnya seseorang dalam memegang komitmen berbisnis adalah faktor pembeda utama antara seoarang wirausahawan sejati dengan orang-orang yang berwirausaha hanya karena terpaksa ataupun ikut-ikutan tren semata.”Jadi bukan hanya konsep kami yang unik, tapi komitmen untuk mengembangkan bisnis juga menjadi pendorong suksesnya bisnis ini,” katanya.
Outlet yang awalnya sepi pembeli, perlahan mulai dijejali pelanggan dari mulai anak-anak, remaja hingga orang-orang dewasa. “Saya masih ingat bahwa sekitar pertengahan 2006, setiap pembeli itu harus mengantre sampai dua jam untuk mendapat satu porsi kentang goreng kami. Pelanggan yang menumpuk di satu waktu bisa mencapai 80-an orang,” urainya bangga.
Bahkan, pihaknya sempat memakai sistem ‘inden’ dengan memesan dan bayar di muka kemudian ditinggal berbelanja dulu sebelum akhirnya kembali untuk mengambil pesanan.
Untuk mengatasi hal itu, Robby dan rekan-rekannya sepakat untuk memugar outletnya di Pasar Atom tersebut agar lebih luas sehingga dapat menampung pembeli lebih banyak. Peralatan masak pun diperbanyak agar bisa melayani pesanan dalam saat bersamaan secara cepat.
“Pasca itu, memasuki September baru kami memikirkan menawarkan sebagai franchise. Pada bulan yang sama kami menemukan mitra franchise pertama. Sesuai kesepakatan, gerai kedua, ketiga dan keempat K-Patats saat itu dibuka serentak di Tunjungan Plaza, Delta (sekarang Surabaya Plaza) dan Royal Plaza,” urainya.
Dalam perkembangannya, gerai-gerai K-Patats tidak hanya berkutat di Surabaya saja. Jakarta, Bandung, Solo, Malang, Semarang hingga kota-kota di luar Jawa seperti Manado, Makassar sampai Jayapura telah menjadi areal perluasan bisnis kentang goreng dengan aneka jenis saus tersebut.
Salah satu kota yang menjadi persebaran K-Patats, disebutkan Robby, adalah Tanjung Selor, Kalimantan Timur. Kota ini merupakan sebuah pulau tersendiri yang harus ditempuh menggunakan speed boat selama satu jam dari Kota Tarakan.
“Dari seluruh outlet yang ada, outlet di Tanjung Selor ini yang paling rumit dalam hal pengiriman bahan bakunya. Namun ini justru bagi kami tantangan dan bahkan penyemangat bahwa di sana pun demand kami ada,” paparnya.
Hingga saat ini, menurut Robby, outlet di Tanjung Selor telah eksis selama dua tahun. Dengan susahnya akses yang otomatis berdampak pada harga jual, outlet tersebut terbukti masih bisa bertahan dan bahkan penjualannya relatif mampu bersaing dengan outlet-outlet lain yang notabene lebih mudah dijangkau dari Jawa.
“Saat ini kami sedang berhitung tentang kemungkinan membuka outlet di luar negeri. Mungkin Singapura atau Malaysia. Selain itu kami berharap suatu saat K-Patats tidak lagi berupa booth saja, namun bisa berkembang serupa resto-resto cepat saji yang ada saat ini,” pungkasnya.
Memasuki tahun kelimanya ini, K-Patats telah mempunyai outlet hingga 40-an unit yang tersebar di seluruh Indonesia. (hs)
Laporan: Taufan Sukma
• VIVAnews
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Apa untungnya perhiasan disepuh dan di lapis?? Dua-duanya menguntungkan, kalau kita menginginkan perhiasan murah tapi serupa e...
-
Cara yang paling baik untuk akhir kehidupan kita adalah hidup untuk orang lain. Itulah yang saya coba lakukan. John D Rockefeller Hanya pend...
No comments:
Post a Comment