Penulis : vengky utami
Akhir-akhir ini, untuk mendapatkan pekerjaan sebagai PNS, semakin sulit, terutama di kota-kota, baik kecil maupun besar. Hal ini karena banyaknya peminat, sementara kuota yang dibutuhkan sangat sedikit.
Akhirnya, memberi kesempatan para pejabat untuk mengambil kesempatan dengan "menjual" kuota PNS tersebut kepada siapa saja yang sanggup membayar "sekian".
Masing-masing daerah mempunyai "tarif" yang berbeda, sesuai dengan tingkat golongan PNS yang "dijual". Misalnya saja untuk PNS dokter umum di daerah B*n*k*l* kota, dijual dengan harga Rp. 110.000.000,00. Padahal untuk menyelesaikan pendidikan dokter umum saja sudah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta rupiah.
Mengingat peminat yang banyak, sementara kuota sedikit, ada saja yang bersedia membayar demi mendapatkan kuota PNS tersebut. Sungguh menyedihkan. Mereka tidak berpikir bahwa yang telah dilakukan adalah tindakan haram. Lalu gaji yang diterima tentu akan haram pula. Dan seumur hidup mereka akan memakan uang haram, termasuk anak dan istri mereka.
Ada beberapa alasan mengapa perbuatan seperti itu haram. Penulis mencoba merinci alasan-alasan tersebut, meski belum semua, mungkin bisa mewakili. Berikut alasan-alasan tersebut :
1. Alasan pertama, mengapa gaji/upah dari pekerjaan yang didapatkan dengan menyuap haram adalah mendzalimi sesama? Ya, seseorang yang mendapatkan pekerjaan yang tidak seharusnya dia dapatkan dengan cara menyuap pejabat, telah mendzalimi orang lain yang seharusnya mendapatkan pekerjaan itu sesuai dengan kompetensi, pengetahuan, keahlian, dan kemampuan dirinya. Sehingga orang tersebut tetap menganggur dan tidak mempunyai penghasilan.
2. Alasan kedua adalah karena suap sama dengan melipatgandakan dosa. ALLAH SWT dan Rasulullah SAW telah mengharamkan riba dan suap-menyuap. Dengan cara menyuap untuk mendapatkan pekerjaan, maka secara tidak langsung kita telah "menabung" dosa, yang "bunga"-nya kita dapatkan setiap bulan berupa gaji/upah. Tabungan ini nanti baru akan didapatkan full di akhirat.
3. Alasan ketiga adalah karena kita mengorbankan keluarga. Bagaimana tidak, sebagai kepala rumah tangga, kita akan memberi makan anak dan istri kita dengan gaji yang kita terima. Sementara gaji yang kita dapatkan adalah haram. Lalu, tegakah kita mengorbankan anak-anak dan istri kita dengan mengajak mereka makan dari hasil uang yang haram? Bukankah ALLAH telah memerintahkan, berilah makan anak dan istrimu dengan sesuatu yang halalan thayyiban?
Apakah tidak terpikir bagaimana hasilnya anak yang diberi dengan makanan haram? Anak itu kelaknya akan menjadi ahli maksiat, kecuali ALLAH menetapkan lain dengan memberi anak tersebut hidayah-Nya.
4. Alasan keempat adalah karena akan melumrahkan suap-menyuap
susahnya mendapat pekerjaan, sementara kebutuhan ekonomi akhir-akhir ini terus meningkat. Gagalnya mendapat pekerjaan akibat ada orang yang mengambil "jatah"-nya dengan cara menyuap pejabat terkait, bisa saja membuat orang tersebut berkeinginan menyuap pula demi mendapat pekerjaan di lain kesempatan. Keadaan seperti itu, pasti akan diketahui masyarakat. Lalu masyarakat akan berbondong-bondong mencari "channel" yang bisa disuap agar bisa mendapat pekerjaan yang diinginkan. Bukankah keadaan itu disebabkan oleh orang pertama yang melakukan suap-menyuap? Kalau 1 orang pelaku suap-menyuap saja bisa menyebabkan 10 orang mengikuti tindakannya, maka bayangkan 100 tahun kemudian berapa orang yang mengikuti orang pertama tadi melakukan suap-menyuap.
Lalu, bagaimana dengan dosa orang pertama tadi? Ttentu dia akan menanggung dosa suap-menyuap ditambah dosa semua orang yang mengikuti tindakannya, tanpa mengurangi dosa orang yang bersangkutan. Orang kedua akan menanggung dosa orang ketiga dan seterusnya, orang ketiga akan menanggung dosa orang keempat dan seterusnya, tanpa mengurangi dosa orang-orang yang bersangkutan. Na'udzubillah. Ibarat MLM, maka semakin panjang daftar pengikut suap-menyuap, maka semakin besar dosa yang akan ditanggung, karena perilaku dia tadilah yang diikuti orang-orang sesudahnya.
5. Alasan kelima adalah karena dapat mengubah orientasi kerja yang awalnya ingin mengabdi menjadi orientasi uang. Ya, tentu saja. Kita akan berusaha bagaimanapun caranya harus mengembalikan "modal" kita untuk mendapat pekerjaan PNS tadi. Kita ambil contoh dokter (karena penulis adalah seorang dokter muda) yang misalnya menjadi dokter tetap di Puskesmas. Setiap tahun Puskesmas mendapat dana cukup besar dari pemerintah untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat yang diwilayahi oleh Puskesmas tersebut. Pikiran si dokter yang ingin "modal" cepat kembali tadi, bisa saja membuatnya gelap mata untuk mengkorupsikan dana yang diterima oleh Puskesmas yang ia pimpin tersebut. Si dokter tidak lagi berpikir bagaimana agar masyarakat yang diwilayahi oleh Puskesmas yang dipimpinnya dapat sehat semuanya. Siapa yang dirugikan? Tentu saja masyarakat dan negara. Apakah hal ini berdosa? Pembaca bisa menilai sendiri.
Penulis pikir, 5 hal di atas sudah dapat meluluhlantahkan kehidupan dunia. Na'udzubillah.
Marilah, mulai hari ini, jam ini, detik ini, tanamkan pada diri kita, bahwa kita tidak akan mengejar pekerjaan dengan cara menyuap.
Kata siapa PNS itu enak? Dana pensiun yang pasti-kah? Gaji tiap bulan yang pasti-kah? Dengan hanya mengandalkan gaji yang hanya 3 jutaan rupiah, tentu tidak akan membuat sesorang kaya. Wiraswastalah yang membuat orang kaya. Kalau PNS yang kaya tanpa ada penghasilan lain dari sektor swasta, pastilah dia adalah seorang koruptor.
Yakinlah pada janji ALLAH, bahwa rezeki setiap makhluk sudah diatur dan diberi jatah masing-masing. Bila kita tidak lulus PNS di kota A, mungkin ALLAH hendak meluluskan kita sebagai PNS di kota B. Bila kita tidak lulus PNS, mungkin ALLAH berencana lain agar kita sukses sebagai wiraswasta.
Wallahu a'lam.
Mohon maaf bila tulisan ini banyak salah, karena penulis hanyalah seorang manusia yang banyak salah dan khilaf.
Tuesday, February 28, 2012
Sunday, February 26, 2012
Did You Know: Kisah Sahabat Nabi: Abu Dzar Al-Ghifari, Tokoh Gerakan Hidup Sederhana
REPUBLIKA.CO.ID, Ia datang ke Makkah sambil terhuyung-huyung, namun sinar matanya bersinar bahagia. Memang, sulitnya perjalanan dan teriknya matahari yang menyengat tubuhnya cukup menyakitkan. Namun tujuan yang hendak dicapainya telah meringankan penderitaan dan meniupkan semangat kegembiraan.
Ia memasuki kota dengan menyamar seolah-olah hendak melakukan thawaf mengelilingi berhala-berhala di sekitar Ka'bah, atau seolah-olah musafir yang sesat dalam perjalanan, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan.
Padahal seandainya orang-orang Makkah tahu bahwa kedatangannya itu untuk menjumpai Nabi Muhammad SAW dan mendengarkan keterangan beliau, pastilah mereka akan membunuhnya.
Ia terus melangkah sambil memasang telinga, dan setiap didengarnya orang mengatakan tentang Rasulullah, ia pun mendekat dan menyimak dengan hati-hati. Sehingga dari cerita yang tersebar di sana-sini, diperolehnya petunjuk yang dapat mengarahkannya ke kediaman Nabi Muhammad dan mempertemukannya dengan beliau.
Pada suatu pagi, lelaki itu, Abu Dzar Al-Ghifari, pergi ke tempat tersebut. Didapatinya Rasulullah sedang duduk seorang diri. Ia mendekat kemudian menyapa, "Selamat pagi, wahai kawan sebangsa."
"Wa alaikum salam, wahai sahabat," jawab Rasulullah.
"Bacakanlah kepadaku hasil gubahan anda!"
"Ia bukan syair hingga dapat digubah, tetapi Al-Qur'an yang mulia," kata Rasulullah, kemudian membacakan wahyu Allah SWT.
Tak berselang lama, Abu Dzar berseru, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bahwa bersaksi bahwa engkau adalah hamba dan utusan-Nya."
"Anda dari mana, kawan sebangsa?" tanya Rasulullah.
"Dari Ghifar," jawabnya.
Bibir Rasulullah menyunggingkan senyum dan wajahnya diliputi rasa kagum dan takjub. Abu Dzar juga tersenyum, karena ia mengetahui rasa terpendam di balik kekaguman Rasulullah setelah mendengar bahwa orang yang telah mengaku Islam di hadapannya secara terus terang itu adalah seorang laki-laki dari Ghifar.
Ghifar adalah suatu kabilah atau suku yang tidak ada taranya dalam soal menempuh jarak. Mereka jadi contoh perbandingan dalam melakukan perjalanan yang luar biasa. Malam yang kelam dan gelap gulita tak jadi soal bagi mereka. Dan celakalah orang yang kesasar atau jatuh ke tangan kaum Ghifar di waktu malam.
Rasulullah pun bersabda, "Sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada yang disukainya..."
Benar, Allah menunjuki siapa saja yang Dia kehendaki. Abu Dzar adalah salah seorang yang dikehendaki-Nya memperoleh petunjuk, orang yang dipilih-Nya akan mendapat kebaikan. Ia termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam. Urutannya di kalangan Muslimin adalah yang kelima atau keenam. Jadi ia telah memeluk agama itu di masa-masa awal, hingga keislamannya termasuk dalam barisan terdepan.
Lelaki yang bernama Jundub bin Junadah ini termasuk seorang radikal dan revolusioner. Telah menjadi watak dan tabiatnya menentang kebatilan di mana pun ia berada. Dan kini kebatilan itu nampak di hadapannya, berhala-berhala yang disembah oleh para pemujanya—orang-orang yang merendahkan kepala dan akal mereka.
Baru saja masuk Islam, ia sudah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah. "Wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya kerjakan menurut anda?"
"Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti!" jawab Rasulullah.
"Demi Tuhan yang menguasai jiwaku," kata Abu Dzar, "Saya takkan kembali sebelum meneriakkan Islam di depan Ka'bah."
Ia pun menuju menuju Haram dan menyerukan syahadat dengan suara lantang. Akibatnya, ia dipukuli dan disiksa oleh orang-orang musyrik yang tengah berkumpul di sana. Rasulullah kembali menyuruhnya pulang dan menemui keluarganya. Ia pun pulang ke Bani Ghifar dan mengajak sanak kerabatnya memeluk agama baru ini.
Ketika Rasulullah dan kaum Muslimin telah berhijrah ke Madinah dan menetap di sana, pada suatu hari, barisan panjang yang terdiri atas para pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota. Kalau bukan karena takbir yang mereka teriakkan dengan suara bergemuruh, tentulah yang melihat akan menyangka mereka adalah pasukan tentara musyrik yang akan menyerang kota.
Begitu rombongan besar itu mendekat, lalu masuk ke dalam kota dan masuk ke Masjid Rasulullah, ternyata mereka tiada lain adalah kabilah Bani Ghifar. Semuanya telah masuk Islam tanpa kecuali; laki-laki, perempuan, orang tua, remaja dan anak-anak.
Rasulullah semakin takjub dan kagum. Beliau bersabda, "Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar. Benar batinnya, benar juga lahirnya. Benar akidahnya, benar juga ucapannya."
Pada suatu ketika, Rasulullah SAW mengajukan pertanyaan kepadanya. "Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil upeti untuk diri mereka?"
Ia menjawab, "Demi Allah yang telah mengutus anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedangku!"
"Maukah kau kutunjukkan jalan yang lebih baik dari itu? Bersabarlah hingga kau menemuiku!"
Abu Dzar akan selalu ingat wasiat guru dan Rasul ini. Ia tidak akan menggunakan ketajaman pedang terhadap para pembesar yang mengambil kekayaan dari harta rakyat sebagaimana ancamannya dulu. Namun ia juga tidak akan bungkam atau berdiam diri mengetahui kesesatan mereka.
Ketika kepemimpinan Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin telah berlalu, dan godaan harta mulai menjangkiti para pembesar dan penguasa Islam, Abu Dzar turun tangan. Ia pergi ke pusat-pusat kekuasaan dan gudang harta, dengan lisannya yang tajam dan benar untuk merubah sikap dan mental mereka satu per satu.
Dalam beberapa hari saja tak ubahnya ia telah menjadi panji-panji yang di bawahnya bernaung rakyat banyak dan golongan pekerja, bahkan sampai di negeri jauh yang penduduknya pun belum pernah melihatnya. Nama Abu Dzar bagaikan terbang ke sana, dan tak satu pun daerah yang dilaluinya, bahkan walaupun baru namanya yang sampai ke sana, sudah menimbulkan rasa takut dan ngeri pihak penguasa dan golongan berharta yang berlaku curang.
Penggerak hidup sederhana ini selalu mengulang-ulang pesannya, dan bahkan diulang-ulang juga oleh para pengikutnya, seolah lagu perjuangan. "Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan seterika api neraka, menyeterika kening dan pinggang mereka di hari kiamat!"
Abu Dzar telah mencurahkan segala tenaga dan kemampuannya untuk melakukan perlawanan secara damai dan menjauhkan diri dari segala kehidupan dunia. Ia menjadi maha guru dalam seni menghindarkan diri dari godaan jabatan dan harta kekayaan.
Abu Dzar mengakhiri hidupnya di tempat sunyi bernama Rabadzah, pinggiran Madinah. Ketika menghadapi sakaratul maut, istrinya menangis di sisinya. Ia bertanya, "Apa yang kau tangiskan, padahal maut itu pasti datang?"
Istrinya menjawab, "Karena engkau akan meninggal, padahal kita tidak mempunyai kain kafan untukmu!"
"Janganlah menangis," kata Abu Dzar, "Pada suatu hari, ketika aku berada di majelis Rasulullah bersama beberapa sahabat, aku mendengar beliau bersabda, 'Pastilah ada salah seorang di antara kalian yang akan meninggal di padang pasir liar, dan disaksikan oleh serombongan orang beriman.'
Semua yang ada di majelis itu sudah meninggal di kampung, di hadapan kaum Muslimin. Tak ada lagi yang masih hidup selain aku. Inilah aku sekarang, menghadapi sakaratul maut di padang pasir. Maka perhatikanlah jalan itu, siapa tahu kalau rombongan orang-orang beriman itu sudah datang. Demi Allah, aku tidak bohong, dan tidak juga dibohongi!"
Ruhnya pun kembali ke hadirat Ilahi... Dan benarlah, ada rombongan kaum Muslimin yang lewat yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas'ud. Sebelum sampai ke tujuan, Ibnu Mas'ud melihat sosok tubuh terbujur kaku, sedang di sisinya terdapat seorang wanita tua dan seorang anak kecil, kedua-duanya menangis.
Ketika pandangan Ibnu Mas'ud jatuh ke mayat tersebut, tampaklah Abu Dzar Al-Ghifari. Air matanya mengucur deras. Di hadapan jenazah itu, Ibnu Mas'ud berkata, "Benarlah ucapan Rasulullah, anda berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan kembali seorang diri!"
Ia memasuki kota dengan menyamar seolah-olah hendak melakukan thawaf mengelilingi berhala-berhala di sekitar Ka'bah, atau seolah-olah musafir yang sesat dalam perjalanan, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan.
Padahal seandainya orang-orang Makkah tahu bahwa kedatangannya itu untuk menjumpai Nabi Muhammad SAW dan mendengarkan keterangan beliau, pastilah mereka akan membunuhnya.
Ia terus melangkah sambil memasang telinga, dan setiap didengarnya orang mengatakan tentang Rasulullah, ia pun mendekat dan menyimak dengan hati-hati. Sehingga dari cerita yang tersebar di sana-sini, diperolehnya petunjuk yang dapat mengarahkannya ke kediaman Nabi Muhammad dan mempertemukannya dengan beliau.
Pada suatu pagi, lelaki itu, Abu Dzar Al-Ghifari, pergi ke tempat tersebut. Didapatinya Rasulullah sedang duduk seorang diri. Ia mendekat kemudian menyapa, "Selamat pagi, wahai kawan sebangsa."
"Wa alaikum salam, wahai sahabat," jawab Rasulullah.
"Bacakanlah kepadaku hasil gubahan anda!"
"Ia bukan syair hingga dapat digubah, tetapi Al-Qur'an yang mulia," kata Rasulullah, kemudian membacakan wahyu Allah SWT.
Tak berselang lama, Abu Dzar berseru, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bahwa bersaksi bahwa engkau adalah hamba dan utusan-Nya."
"Anda dari mana, kawan sebangsa?" tanya Rasulullah.
"Dari Ghifar," jawabnya.
Bibir Rasulullah menyunggingkan senyum dan wajahnya diliputi rasa kagum dan takjub. Abu Dzar juga tersenyum, karena ia mengetahui rasa terpendam di balik kekaguman Rasulullah setelah mendengar bahwa orang yang telah mengaku Islam di hadapannya secara terus terang itu adalah seorang laki-laki dari Ghifar.
Ghifar adalah suatu kabilah atau suku yang tidak ada taranya dalam soal menempuh jarak. Mereka jadi contoh perbandingan dalam melakukan perjalanan yang luar biasa. Malam yang kelam dan gelap gulita tak jadi soal bagi mereka. Dan celakalah orang yang kesasar atau jatuh ke tangan kaum Ghifar di waktu malam.
Rasulullah pun bersabda, "Sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada yang disukainya..."
Benar, Allah menunjuki siapa saja yang Dia kehendaki. Abu Dzar adalah salah seorang yang dikehendaki-Nya memperoleh petunjuk, orang yang dipilih-Nya akan mendapat kebaikan. Ia termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam. Urutannya di kalangan Muslimin adalah yang kelima atau keenam. Jadi ia telah memeluk agama itu di masa-masa awal, hingga keislamannya termasuk dalam barisan terdepan.
Lelaki yang bernama Jundub bin Junadah ini termasuk seorang radikal dan revolusioner. Telah menjadi watak dan tabiatnya menentang kebatilan di mana pun ia berada. Dan kini kebatilan itu nampak di hadapannya, berhala-berhala yang disembah oleh para pemujanya—orang-orang yang merendahkan kepala dan akal mereka.
Baru saja masuk Islam, ia sudah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah. "Wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya kerjakan menurut anda?"
"Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti!" jawab Rasulullah.
"Demi Tuhan yang menguasai jiwaku," kata Abu Dzar, "Saya takkan kembali sebelum meneriakkan Islam di depan Ka'bah."
Ia pun menuju menuju Haram dan menyerukan syahadat dengan suara lantang. Akibatnya, ia dipukuli dan disiksa oleh orang-orang musyrik yang tengah berkumpul di sana. Rasulullah kembali menyuruhnya pulang dan menemui keluarganya. Ia pun pulang ke Bani Ghifar dan mengajak sanak kerabatnya memeluk agama baru ini.
Ketika Rasulullah dan kaum Muslimin telah berhijrah ke Madinah dan menetap di sana, pada suatu hari, barisan panjang yang terdiri atas para pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota. Kalau bukan karena takbir yang mereka teriakkan dengan suara bergemuruh, tentulah yang melihat akan menyangka mereka adalah pasukan tentara musyrik yang akan menyerang kota.
Begitu rombongan besar itu mendekat, lalu masuk ke dalam kota dan masuk ke Masjid Rasulullah, ternyata mereka tiada lain adalah kabilah Bani Ghifar. Semuanya telah masuk Islam tanpa kecuali; laki-laki, perempuan, orang tua, remaja dan anak-anak.
Rasulullah semakin takjub dan kagum. Beliau bersabda, "Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar. Benar batinnya, benar juga lahirnya. Benar akidahnya, benar juga ucapannya."
Pada suatu ketika, Rasulullah SAW mengajukan pertanyaan kepadanya. "Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil upeti untuk diri mereka?"
Ia menjawab, "Demi Allah yang telah mengutus anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedangku!"
"Maukah kau kutunjukkan jalan yang lebih baik dari itu? Bersabarlah hingga kau menemuiku!"
Abu Dzar akan selalu ingat wasiat guru dan Rasul ini. Ia tidak akan menggunakan ketajaman pedang terhadap para pembesar yang mengambil kekayaan dari harta rakyat sebagaimana ancamannya dulu. Namun ia juga tidak akan bungkam atau berdiam diri mengetahui kesesatan mereka.
Ketika kepemimpinan Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin telah berlalu, dan godaan harta mulai menjangkiti para pembesar dan penguasa Islam, Abu Dzar turun tangan. Ia pergi ke pusat-pusat kekuasaan dan gudang harta, dengan lisannya yang tajam dan benar untuk merubah sikap dan mental mereka satu per satu.
Dalam beberapa hari saja tak ubahnya ia telah menjadi panji-panji yang di bawahnya bernaung rakyat banyak dan golongan pekerja, bahkan sampai di negeri jauh yang penduduknya pun belum pernah melihatnya. Nama Abu Dzar bagaikan terbang ke sana, dan tak satu pun daerah yang dilaluinya, bahkan walaupun baru namanya yang sampai ke sana, sudah menimbulkan rasa takut dan ngeri pihak penguasa dan golongan berharta yang berlaku curang.
Penggerak hidup sederhana ini selalu mengulang-ulang pesannya, dan bahkan diulang-ulang juga oleh para pengikutnya, seolah lagu perjuangan. "Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan seterika api neraka, menyeterika kening dan pinggang mereka di hari kiamat!"
Abu Dzar telah mencurahkan segala tenaga dan kemampuannya untuk melakukan perlawanan secara damai dan menjauhkan diri dari segala kehidupan dunia. Ia menjadi maha guru dalam seni menghindarkan diri dari godaan jabatan dan harta kekayaan.
Abu Dzar mengakhiri hidupnya di tempat sunyi bernama Rabadzah, pinggiran Madinah. Ketika menghadapi sakaratul maut, istrinya menangis di sisinya. Ia bertanya, "Apa yang kau tangiskan, padahal maut itu pasti datang?"
Istrinya menjawab, "Karena engkau akan meninggal, padahal kita tidak mempunyai kain kafan untukmu!"
"Janganlah menangis," kata Abu Dzar, "Pada suatu hari, ketika aku berada di majelis Rasulullah bersama beberapa sahabat, aku mendengar beliau bersabda, 'Pastilah ada salah seorang di antara kalian yang akan meninggal di padang pasir liar, dan disaksikan oleh serombongan orang beriman.'
Semua yang ada di majelis itu sudah meninggal di kampung, di hadapan kaum Muslimin. Tak ada lagi yang masih hidup selain aku. Inilah aku sekarang, menghadapi sakaratul maut di padang pasir. Maka perhatikanlah jalan itu, siapa tahu kalau rombongan orang-orang beriman itu sudah datang. Demi Allah, aku tidak bohong, dan tidak juga dibohongi!"
Ruhnya pun kembali ke hadirat Ilahi... Dan benarlah, ada rombongan kaum Muslimin yang lewat yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas'ud. Sebelum sampai ke tujuan, Ibnu Mas'ud melihat sosok tubuh terbujur kaku, sedang di sisinya terdapat seorang wanita tua dan seorang anak kecil, kedua-duanya menangis.
Ketika pandangan Ibnu Mas'ud jatuh ke mayat tersebut, tampaklah Abu Dzar Al-Ghifari. Air matanya mengucur deras. Di hadapan jenazah itu, Ibnu Mas'ud berkata, "Benarlah ucapan Rasulullah, anda berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan kembali seorang diri!"
Friday, February 24, 2012
Cara: Membuat Lem Kertas Tahan Lama
Bagi semua pembaca tentu sudah tahu bagaimana membuat lem dari tepung aci atau sagu, tapi itu hanya dapat bertahan semalam dan keesokkan harinya telah basi atau mencair. Di sini saya ingin membagi-bagi pengalaman cara membuat lem kertas yang bertahan sampai berbulan-bulan. Dan bagi yang ingin menjadikan solusi ini untuk menjadi penghasilan itu lebih bagus.
Bahan-bahan :
80 gram tepung sagu / aci
120 gram air dingin
4 gram tawas (aluin)
8 cc glyserine
4 cc phenol liquid
Alat-Alat :
- panci
- gelas pengukur
- timbangan
- sendok plastik atau email
- kompor
Cara Membuat :
1. Masukkan tepung aci/sagu kedalam panci email khusus
2. Tuangkan air dingin kedalam panci lain. Taburkan bubuk tawas. Aduklah hingga tawas itu larut dalam air. (Tawas agak lama larutnya dalam air, karena itu aduklah terus menerus)
3. Tuangkan larutan air tawas itu kedalam panci yang berisi tepung sagu/aci. Aduklah terus menerus dengan sendok sampai seluruhnya larut. Jangan sampai ada tepung yang tidak larut.
4. Letakkan panci tersebut diatas kompor. Aturlah agar kompor apinya jangan terlalu besar . Cukup sedang-sedang saja. Sementara itu panci itu diaduk terus dengan sendok.
5. Setelah bahan lem kelihatan agak mengental, angkatlah panci itu dari kompor. Aduklah dengan cepat lagi isi panci tersebut agar lem yang dibuat itu kekentalannya rata dan halus. Bila tidak cepat mengaduknya, hasilnya tidak akan sempurna.
6. Dinginkan lem itu kira-kira 10 – 15 menit. Setelah menjadi dingin, tuangkanlah glyserine kedalamnya. Aduklah sekali lagi agar glyserine menyatu dan menjadikan lem menjadi lunak.
7. Teteskan Phenol Liquid. Aduk-aduk terus sampai lumat. (menyatu)
8. Lem / perekat tersebut sudah siap/jadi. Masukkanlah ke dalam pot-pot plastik. Tutup rapat-rapat dan simpan. Lem ini tahan berbulan-bulan dan tidak akan membusuk.
Silakan mempraktekkannya.
= by Mr. Suniko =
Bahan-bahan :
80 gram tepung sagu / aci
120 gram air dingin
4 gram tawas (aluin)
8 cc glyserine
4 cc phenol liquid
Alat-Alat :
- panci
- gelas pengukur
- timbangan
- sendok plastik atau email
- kompor
Cara Membuat :
1. Masukkan tepung aci/sagu kedalam panci email khusus
2. Tuangkan air dingin kedalam panci lain. Taburkan bubuk tawas. Aduklah hingga tawas itu larut dalam air. (Tawas agak lama larutnya dalam air, karena itu aduklah terus menerus)
3. Tuangkan larutan air tawas itu kedalam panci yang berisi tepung sagu/aci. Aduklah terus menerus dengan sendok sampai seluruhnya larut. Jangan sampai ada tepung yang tidak larut.
4. Letakkan panci tersebut diatas kompor. Aturlah agar kompor apinya jangan terlalu besar . Cukup sedang-sedang saja. Sementara itu panci itu diaduk terus dengan sendok.
5. Setelah bahan lem kelihatan agak mengental, angkatlah panci itu dari kompor. Aduklah dengan cepat lagi isi panci tersebut agar lem yang dibuat itu kekentalannya rata dan halus. Bila tidak cepat mengaduknya, hasilnya tidak akan sempurna.
6. Dinginkan lem itu kira-kira 10 – 15 menit. Setelah menjadi dingin, tuangkanlah glyserine kedalamnya. Aduklah sekali lagi agar glyserine menyatu dan menjadikan lem menjadi lunak.
7. Teteskan Phenol Liquid. Aduk-aduk terus sampai lumat. (menyatu)
8. Lem / perekat tersebut sudah siap/jadi. Masukkanlah ke dalam pot-pot plastik. Tutup rapat-rapat dan simpan. Lem ini tahan berbulan-bulan dan tidak akan membusuk.
Silakan mempraktekkannya.
= by Mr. Suniko =
Monday, February 06, 2012
CARA MEMBUAT BAKSO > RESEP DASAR MEMBUAT BAKSO
RESEP DASAR BAKSO SAPI
BAHAN :
300 GR DAGING SAPI SEGAR, SDT GARAM, 2 SIUNG BAWANG PUTIH, CINCANG HALUS, SDT MERICA BUBUK, 1-2 SDM TEPUNG KANJI, 1 PUTIH TELUR
1. CINCANG ATAU GILING DAGING SAMPAI HALUS, CAMPUR BERSAMA GARAM, ADUK
2. ULENI SAMPAI ADONAN LEMBUT DAN BISA DIPULUNG (KURLEB 30 MENIT). LALU MASUKKAN BAWANG PUTIH DAN MERICA
3. SETELAH ADONAN RATA, MASUKKAN TEPUNG DAN PUTIH TELUR, ADUK SAMPAI TERCAMPUR
4. BENTUK ADONAN MENJADI BULATAN MENGGUNAKAN 2 SENDOK. REBUS DALAM AIR MENDIDIH HINGGA BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN
RESEP DASAR BAKSO URAT
BAHAN :
300 GR DAGING SENGKEL, 1 SIUNG BAWANG PUTIH, CINCANG HALUS, 1 SDT GARAM, SDT MERICA BUBUK, 2 SDM TEPUNG KANJI, 2 PUTIH TELUR
1. HALUSKAN SENGKEL DENGAN CARA DICINCANG HALUS ATAU DIGILING
2. TAMBAHKAN BAWANG PUTIH, GARAM DAN MERICA. ADUK RATA, MASUKKAN TEPUNG KANJI, ADUK RATA, ULENI SAMBIL MASUKKAN PUTIH TELUR HINGGA ADONAN KALIS (KURLEB 30 MENIT)
3. BENTUK ADONAN MENGGUNAKAN 2 SENDOK MENJADI BOLA-BOLA BAKSO. REBUS DALAM AIR MENDIDIH HINGGA BOLA-BOLA BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN
RESEP DASAR BAKSO IKAN
BAHAN :
300 GR DAGING IKAN TENGGIRI (FILLET); 1 SIUNG BAWANG PUTIH, POTONG TIPIS, GORENG GARING, REMAS; SDT GARAM; SDT MERICA BUBUK; 4 SDM TEPUNG KANJI
1. CINCANG ATAU BLENDER DAGING IKAN
2. TAMBAHKAN BAWANG PUTIH, GARAM DAN MERICA, REMAS-REMAS SAMPAI TERCAMPUR RATA. MASUKKAN TEPUNG KANJI, ADUK ATAU ULENI SAMPAI TERCAMPUR RATA
3. BENTUK ADONAN MENJADI BULATAN DENGAN MENGGUNAKAN 2 SENDOK. REBUS DALAM AIR MENDIDIH SAMPAI BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN
RESEP DASAR BAKSO UDANG
BAHAN :
300 GR UDANG KUPAS; 1 SIUNG BAWANG PUTIH, POTONG TIPIS, GORENG KERING, REMAS; SDT GARAM; SDT MERICA BUBUK; 1 SDM TEPUNG KANJI
1. HALUSKAN UDANG DENGAN CARA DIULEK/DICINCANG HALUS/DIPUKUL-PUKUL DENGAN PEMUKUL DAGING
2. ULENI DAN BANTING-BANTING HINGGA MENJADI ADONAN YANG BISA DIPULUNG. TAMBAHKAN BAWANG PUTIH, GARAM, MERICA DAN TEPUNG KAJI, REMAS-REMAS HINGGA RATA
3. BENTUK ADONAN MENJADI BULATAN DENGAN 2 SENDOK. REBUS DALAM AIR MENDIDIH SAMPAI BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN.
BAHAN :
300 GR DAGING SAPI SEGAR, SDT GARAM, 2 SIUNG BAWANG PUTIH, CINCANG HALUS, SDT MERICA BUBUK, 1-2 SDM TEPUNG KANJI, 1 PUTIH TELUR
1. CINCANG ATAU GILING DAGING SAMPAI HALUS, CAMPUR BERSAMA GARAM, ADUK
2. ULENI SAMPAI ADONAN LEMBUT DAN BISA DIPULUNG (KURLEB 30 MENIT). LALU MASUKKAN BAWANG PUTIH DAN MERICA
3. SETELAH ADONAN RATA, MASUKKAN TEPUNG DAN PUTIH TELUR, ADUK SAMPAI TERCAMPUR
4. BENTUK ADONAN MENJADI BULATAN MENGGUNAKAN 2 SENDOK. REBUS DALAM AIR MENDIDIH HINGGA BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN
RESEP DASAR BAKSO URAT
BAHAN :
300 GR DAGING SENGKEL, 1 SIUNG BAWANG PUTIH, CINCANG HALUS, 1 SDT GARAM, SDT MERICA BUBUK, 2 SDM TEPUNG KANJI, 2 PUTIH TELUR
1. HALUSKAN SENGKEL DENGAN CARA DICINCANG HALUS ATAU DIGILING
2. TAMBAHKAN BAWANG PUTIH, GARAM DAN MERICA. ADUK RATA, MASUKKAN TEPUNG KANJI, ADUK RATA, ULENI SAMBIL MASUKKAN PUTIH TELUR HINGGA ADONAN KALIS (KURLEB 30 MENIT)
3. BENTUK ADONAN MENGGUNAKAN 2 SENDOK MENJADI BOLA-BOLA BAKSO. REBUS DALAM AIR MENDIDIH HINGGA BOLA-BOLA BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN
RESEP DASAR BAKSO IKAN
BAHAN :
300 GR DAGING IKAN TENGGIRI (FILLET); 1 SIUNG BAWANG PUTIH, POTONG TIPIS, GORENG GARING, REMAS; SDT GARAM; SDT MERICA BUBUK; 4 SDM TEPUNG KANJI
1. CINCANG ATAU BLENDER DAGING IKAN
2. TAMBAHKAN BAWANG PUTIH, GARAM DAN MERICA, REMAS-REMAS SAMPAI TERCAMPUR RATA. MASUKKAN TEPUNG KANJI, ADUK ATAU ULENI SAMPAI TERCAMPUR RATA
3. BENTUK ADONAN MENJADI BULATAN DENGAN MENGGUNAKAN 2 SENDOK. REBUS DALAM AIR MENDIDIH SAMPAI BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN
RESEP DASAR BAKSO UDANG
BAHAN :
300 GR UDANG KUPAS; 1 SIUNG BAWANG PUTIH, POTONG TIPIS, GORENG KERING, REMAS; SDT GARAM; SDT MERICA BUBUK; 1 SDM TEPUNG KANJI
1. HALUSKAN UDANG DENGAN CARA DIULEK/DICINCANG HALUS/DIPUKUL-PUKUL DENGAN PEMUKUL DAGING
2. ULENI DAN BANTING-BANTING HINGGA MENJADI ADONAN YANG BISA DIPULUNG. TAMBAHKAN BAWANG PUTIH, GARAM, MERICA DAN TEPUNG KAJI, REMAS-REMAS HINGGA RATA
3. BENTUK ADONAN MENJADI BULATAN DENGAN 2 SENDOK. REBUS DALAM AIR MENDIDIH SAMPAI BAKSO MENGAPUNG, ANGKAT, TIRISKAN.
Tips Sukses Bakso Kenyal Bebas Pengawet
Bagaimana cara membuat bakso yang benar, kenyal dan dengan rasa yang enak, perhatikan tips sukses membuat bakso tanpa bahan pengawet berikut ini :
Untuk bakso daging sapi yang kenyal, gunakan daging yang baru dipotong. Karena biasanya daging yang dijual di pasar atau supermarket adalah daging yang sudah didinginkan atau dilayukan terlebih dahulu. Jadi lebih amannya jika anda memproduksi bakso, belilah daging sapi di tempat pemotongan hewan.
Uleni adonan bakso agak lama hingga kalis.
Banyak alat yang dapat menghaluskan bahan dasar bakso, mulai dari yang modern, semi modern, hingga tradisional. Namun utnuk kapasitas kecil atau sedang, anda bisa menggunakan alat penghalus daging berbentuk palu, gilingan daging, chopper ataupun food processor.
Apabila menggunakan alat semi tradisional seperti pemukul atau gilingan daging, perhatikan saat anda menguleni adonan tersebut, pastikan adonan benar-benar kalis dengan cara dibanting-banting.
Tanda-tanda adonan bakso yang kalis adalah adonan terlihat mengkilap, liat dan menyatu.
Saat menggiling atau membuat adonan bakso, usahakan adoanan tetap dingin, gunakan es batu atau air es saat membuat adonan. Apabila adonan panas daging akan cepat matang sehingga kurang kenyal.
Saat merebus bakso, gunakan api sedang agar permukaan bakso tetap bagus. Jangan merebus bakso terlalu lama, bila terlalu mengembang air terserap, rasa hambar dan tekstur bakso menjadi tidak bulat.
Untuk bakso daging sapi yang kenyal, gunakan daging yang baru dipotong. Karena biasanya daging yang dijual di pasar atau supermarket adalah daging yang sudah didinginkan atau dilayukan terlebih dahulu. Jadi lebih amannya jika anda memproduksi bakso, belilah daging sapi di tempat pemotongan hewan.
Uleni adonan bakso agak lama hingga kalis.
Banyak alat yang dapat menghaluskan bahan dasar bakso, mulai dari yang modern, semi modern, hingga tradisional. Namun utnuk kapasitas kecil atau sedang, anda bisa menggunakan alat penghalus daging berbentuk palu, gilingan daging, chopper ataupun food processor.
Apabila menggunakan alat semi tradisional seperti pemukul atau gilingan daging, perhatikan saat anda menguleni adonan tersebut, pastikan adonan benar-benar kalis dengan cara dibanting-banting.
Tanda-tanda adonan bakso yang kalis adalah adonan terlihat mengkilap, liat dan menyatu.
Saat menggiling atau membuat adonan bakso, usahakan adoanan tetap dingin, gunakan es batu atau air es saat membuat adonan. Apabila adonan panas daging akan cepat matang sehingga kurang kenyal.
Saat merebus bakso, gunakan api sedang agar permukaan bakso tetap bagus. Jangan merebus bakso terlalu lama, bila terlalu mengembang air terserap, rasa hambar dan tekstur bakso menjadi tidak bulat.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Apa untungnya perhiasan disepuh dan di lapis?? Dua-duanya menguntungkan, kalau kita menginginkan perhiasan murah tapi serupa e...
-
Cara yang paling baik untuk akhir kehidupan kita adalah hidup untuk orang lain. Itulah yang saya coba lakukan. John D Rockefeller Hanya pend...