Sudah banyak program peningkatan kualitas guru yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak
terkait di Indonesia. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan seperti itu seakan tidak memberikan
perubahan berarti bagi pembelajaran di dalam kelas. Setelah mengikuti suatu kegiatan penataran,
cara guru mengajar tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran. Salah satu program besar yang pernah dilakukan adalah peningkatan profesionalisme guru melalui PKG. Berdasarkan pengalaman dalam mengelola PKG di Indonesia, Adey, Hewitt, Hewitt, dan Landau (2004) menyatakan bahwa perubahan di sekolah dan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal berikut. Pertama, proses penyusunan kurikulum harus benar-benar melibatkan guru sehingga guru bukan sekedar pengguna yang ditunjuki “bagaimana cara menggunakannya”. Kedua, perubahan tidaklah dapat dipaksakan. Guru hendaknya diperlakukan sebagai partner dalam program yang dilakukan.Ketiga, coaching dalam kelas merupakan sesuatu yang esensial. Coaching berperan penting sebagai pembawa perubahan pedagogi praktis dalam kelas. Keempat, perubahan berlangsung secala pelan, tidak menentu, kadang berbalik lagi, namun kadang juga bergerak maju.
Berkaca dari pengalaman sulitnya meningkatkan profesionalisme guru, sambutan yang
hangat dan antusias, disertai harapan yang tinggi selalu diberikan terhadap program baru,
termasuk Lesson Study. Antusiasme terhadap Lesson Study terlihat jelas dari banyaknya pihakpihak yang ingin tahu dan terlibat dalam pelaksanaan Lesson Study. Lesson Study selalu menjadi topik pembicaraan bagi sebagian besar orang di FPMIPA UPI, sehingga sebagian orang merasa ketinggalan jaman apabila tidak menyebut Lesson Study. Di kalangan sekolah dan guru-guru pun demikian. Gencarnya sosialisasi dan promosi yang dilakukan membuat sekolah dan guru tertarik untuk mengetahui (dan tentunya berharap) tentang Lesson study.
Apa itu Lesson study?
Salah satu kegiatan kerjasama antara JICA dan beberapa universitas mantan IKIP (UPI, UNJ,
dan UM) adalah pelaksanaan “Piloting” yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan mengujicobakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar MIPA di SMA dan SMP di Indonesia. Kegiatan Piloting sesungguhnya merupakan langkah “persiapan” untuk melaksanakan program berikutnya yang disebut Lesson Study.
Sekalipun program Piloting hanya dilaksanakan secara terbatas, program ini dinilai dapat meningkatkan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif, misalnya adanya penerapan pendekatan-pendekatan yang berpusat pada siswa (Rustaman, Widodo, Anggraeni & Junaengsih,
2005; Saito, 2004) dan peningkatan keterampilan proses siswa.
Mulai tahun 2005 FPMIPA UPI sangat giat melaksanakan Lesson Study dengan beberapa sekolah mitra di Bandung. Sejak tahun 2006 FPMIPA UPI bahkan mendapatkan kepercayaan untuk membina Lesson Study di wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Mulai tahun 2006 FPMIPA UPI juga mencanangkan bahwa Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa FPMIPA dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip Lesson Study. Analisis pelaksanaan Lesson Study dalam PPL (Widodo, Sumarno, Nurjhani, dan Riandi, 2007) mengungkapkan Lesson Study dalam PPL belum memberikan peningkatan keterampilan calon guru. Namun
demikian, hasil tersebut masih menaruh harapan apabila pola ini diterapkan untuk jangka waktu yang panjang, sebab menurut pendapat mahasiswa dari hasil wawancara mereka berpendapat bahwa lesson study bermanfaat dalam hal menumbuhkan semangat dan ispirasi perbaikan
kualitas pembelajaran.
Lesson study merupakan sebuah adaptasi program peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di Jepang. Lesson Study dinilai sebagai rahasia keberhasilan Jepang dalam peningkatan kualitas pendidikannya. Stigler dan Hiebert (1999) mengidentifikasi beberapa faktor
yang membuat lesson Study bisa meningkatkan kualitas pendidikan Jepang:
• Lesson study didasarkan pada model peningkatan pembelajaran yang sifatnya terusmenerus.
Sekalipun peningkatan yang dicapai melalui satu kegiatan Lesson Study hanya kecil saja, namun karena kegiatan dilaksanakan terus menerus maka peningkatan itu
menjadi besar.
• Lesson Study selalu memfokuskan pada bagaimana membuat siswa belajar. Tujuan pendidikan adalah untuk membuat siswa belajar, oleh karena itu segala program
pendidikan hendaknya diarahkan untuk membantu agar siswa meningkat dan berhasil dalam belajar.
• Lesson Study memfokuskan pada peningkatan yang bisa langsung dimanfaatkan dalam konteks yang ada. Setiap kegiatan pembelajaran merupakan satu unit yang harus
dianalisis dan ditingkatkan sehingga perbaikan yang dimaksud bisa langsung diterapkan.
• Lesson Study merupakan sebuah kolaborasi. Dengan melakukan kolaborasi para guru bisa saling langsung bertukar pikiran dan saling memberi masukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kegiatan Lesson Study sesungguhnya merupakan tempat bagi
para guru untuk belajar.
• Guru yang terlibat dalam Lesson study merasa bahwa mereka memberikan kontribusi terhadap ilmu mengajar dan juga terhadap perkembangan profesionalisme dirinya. Oleh
karena itu Lesson Study bukan hanya mengembangkan profesionalisme guru namun juga mengembangkan ilmu tentang mengajar.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa Lesson Study sesungguhnya merupakan wahana bagi guru untuk mengembangkan profesionalisme dirinya. Prinsip utama Lesson Study adalah peningkatan kualitas pembelajaran pembelajaran secara bertahap dengan cara belajar dari pengalaman sendiri dan orang lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Dalam Lesson Study bukan hanya guru yang melaksanakan pembelajaran saja yang dapat
memetik manfaat, namun terlebih lagi observer (guru lain/mitra, mahasiswa, dosen, dan pihakpihak lain) yang hadir pada saat pembelajaran. Dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru, observer didorong untuk merefleksikan pembelajaran yang
dilaksanakannya dan bagaimana meningkatkan kualitasnya. Oleh karena itu Lesson Study
sesungguhnya merupakan forum belajar bersama untuk saling belajar dari pengalaman guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pentingnya pengalaman “belajar dari orang lain” dan pengalaman nyata bagaimana orang lain melakukan pembelajaran sudah sering diungkapkan dalam berbagai literatur. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa guru sulit sekali berubah (Davis, 2003) dan bahwa mahasiswa calon guru lebih banyak belajar dari bagaimana mereka diajar oleh para
dosennya dan bukan dari apa yang dipaparkan dosen tentang cara mengajar yang baik (Mellado, 1998). Karena Lesson Study merupakan sumber contoh-contoh nyata tentang bagaimana melakukan pembelajaran, partisipasi sebagai observer dalam Lesson Study atau mengamati
rekaman video Lesson Study dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru.
Praktik pelaksanaan Lesson Study
Lesson study pada dasarnya mengikuti pola Plan – Do – See. Pada fase plan, guru menyusun rencana pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran biasanya dilakukan bersama-sama oleh para guru dan sering juga melibatkan dosen. Pada fase Do, guru yang ditunjuk menjadi guru model melaksanakan kegiatan pembelajaran. Fase do biasanya menjadi open lesson yang
disaksikan oleh guru lain, dosen, dan observer dari pihak-pihak lain. Setelah open lesson dilakukan fase see yang berisi refleksi pelaksanaan pembelajarn dalam open lesson.
Pola dasar Lesson Study sesungguhnya pola yang logis dan tepat. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait pelaksanaan Lesson Study ini sebab ada beberapa masalah serius yang muncul terkait pola ini. Beberapa permasalahan yang timbul diantaranya
1. Karena Lesson Study menonjolkan fase do (open lesson), banyak orang berpikir bahwa Lesson Study adalah open lesson. Banyak orang mengidentikkan lesson study dengan open lesson. Karenanya apabila telah selesai mengamati open lesson beberapa orang
berpendapat lesson study sudah selesai. Padahal Lesson Study yang sesungguhnya baru dimulai bagi para observer, yaitu seberapa banyak mereka belajar dari mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain.
2. Karena banyak observer yang belum terbiasa untuk belajar dari orang lain, seringkali observer kurang fokus dalam melakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh observer biasanya masih bersifat superficial (permukaan) dan belum menyentuh esensi
pembelajaran. Lesson study sesungguhnya adalah kajian pembelajaran dan bukan sekedar melihat pembelajaran.
3. Fase refleksi yang seharusnya menjadi sesi refleksi untuk semua pihak yang terlibat seringkali hanya menjadi ritual pelengkap lesson study. Karena ada “konsensus” untuk tidak mengkritik guru, observer seringkali hanya menyampaikan “pujian” terhadap guru model yang tampil dan kurang memberikan inspirasi untuk belajar, baik bagi dirinya maupun orang lain.
Autokritik pelaksanaan Lesson Study
Sebagai pelaku Lesson study, saya menyampaikan beberapa autokritik untuk peningkatan pelaksanaan Lesson study.
1. Lesson Study yang telah dilakukan seringkali hanya menjadi ritual tanpa ruh. Rukun dan wajib Lesson study (meminjam istilah peribadatan Islam), memang telah memenuhi syarat dan sah, dalam artian bahwa pola dan desain telah sesuai, namun pelaksanaan Lesson study belum bisa membangkitkan motivasi peserta untuk belajar dan meningkatkan profesionalisme.
2. Keterlibatan dalam Lesson study (guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen) lebih dikarenakan ada kewajiban formal dan kedinasan yang harus dilakukan, belum sampai
didasarkan karena kesadaran untuk meningkatkan profesionalisme masing-masing.
Karenanya apabila kewajiban formal tersebut tidak ada lagi, lesson study juga tidak dilaksanakan lagi. Sekalipun sudah terlibat dalam kegiatan lesson study berkali-kali
dalam waktu beberapa bulan, namun apabila tidak ada tugas untuk melakukan lesson study, maka hanya sedikit saja diantara mereka yang dengan kesadaran sendiri
melakukan lesson study. Karena itu kegiatan lesson study di masa mendatang hendaknya juga memperhatikan bagaimana mengubah lesson study menjadi kebutuhan dan bukan sekedar menjalankan kewajiban.
3. Lesson study bukanlah cara instan untuk meningkatkan profesionalisme. Lesson Study
merupakan proses yang sifatnya evolusioner, bukan revolusioner. Oleh karena itu semua pihak harus bersabar untuk memetik hasilnya.
4. Program peningkatan profesionalisme guru haruslah menjadi agenda rutin pendidik dan tenaga kependidikan. Lesson study hendaknya jangan dijadikan “proyek” namun
merupakan usaha untuk meningkatkan diri secara teratur, terencana, dan terus menerus.
Daftar Pustaka
Adey, P., Hewill, G., Hewitt, J. & Landau, N. (2004). The professional development of teachers:
Practice and theory. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers
Davis, K. S. (2003). “Change is hard”: What science teachers are telling us about reform and
teacher learning of innovative practices. Science and Education, 87(1), 3-30.
Mellado, V. (1998). The classroom practice of preservice teachers and their conceptions of
teaching and learning. Science Education, 82, 197-214.
Rustaman, N., Widodo, A., Anggraeni, S. Junaengsih, N. (2005). Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan Piloting Biologi. FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Saito, E. (2004). Indonesian lesson study in practice: Cahttp://www.blogger.com/img/blank.gifse study of IMSTEP. Paper disajikan
dalam Workshop bagi Guru-Guru Matematika dan Sains. Bandung.
Stigler, J. W., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for
Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Widodo, A. Riandi, Amprasto & Wulan, A. R. (2006). Analisis dampak program-program
peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains
di sekolah. Laporan penelitian Hibah Kebijakan Balitbang Depdiknas.
Widodo, A. Sumarno, U., Nurjhani, M., & Riandi. (2007). Peranan lesson study dalam
peningkatan kemampuan mengajar mahasiswa calon guru. Varidika, 19 (1),
sumber here
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Apa untungnya perhiasan disepuh dan di lapis?? Dua-duanya menguntungkan, kalau kita menginginkan perhiasan murah tapi serupa e...
-
Cara yang paling baik untuk akhir kehidupan kita adalah hidup untuk orang lain. Itulah yang saya coba lakukan. John D Rockefeller Hanya pend...
No comments:
Post a Comment