Pemberian
susu formula pada bayi baru lahir ternyata memberi risiko yang tak
ringan. Otak bayi berpotensi tidak berkembang akibat terlalu banyak
mengkonsumsi susu formula.
”Risiko
sistem jaringan otak tidak terbangun sebesar 20 persen,” kata Penasihat
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) DKI Jakarta, Sri Purwanti Hubertin, Senin
(23/8).
Hubertin
mengatakan bahwa kandungan susu formula tidak sebaik kandungan
nutirisi yang terdapat di dalam air susu ibu (ASI). Dia mencontohkan
taurin, asam amino rantai panjang, untuk proses maturasi otak banyak
terdapat di ASI dan hanya sedikit terkandung pada susu sapi.
Protein whey
yang mudah diserap oleh usus bayi dan digunakan 100 persen oleh tubuh
ada pada ASI. 65 Persen protein ASI berjenis whey sedangkan pada susu
formula kandungan protein whey maksimal hanya 20 persen dan sisanya
protein casein. Whey protein diketahui mengandung enzim, hormon,
antibodi, faktor pertumbuhan, dan pembawa zat gizi.
Dalam sebuah
artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan susu formula
lebih banyak mengandung protein casein hingga 80 persen yang sulit
dicerna usus bayi yang pada akhirnya dibuang oleh bayi. Pembuangan
protein casein tersebut lewat ginjal. Sehingga ginjal bayi sudah dipaksa
untuk membuang casein.
Ginjal bayi
yang sudah bekerja membuang protein casein, dikatakan Hubertin, menjadi
salah satu pemicu banyak kasus gagal ginjal terjadi pada anak. Ia
mencontohkan saat ini anak usia 14-15 tahun ada yang sudah menderita
gagal ginjal.
”Risiko lain
dari konsumsi susu formula adalah mudahnya terjadi pengapuran pada
pembuluh darah,” kata Hubertin. Karena lemak di dalam ASI selain
sebagai nutrisi juga membentuk enzim penghancur lemak yang tidak
diperlukan tubuh. Pada susu formula enzim penhancur tidak terbentuk
sehingga lemak berdiam di dalam tubuh yang menyebabkan pengapuran pada
pembuluh darah. ”Yang terlihat saat ini banyak orang stroke muda. Salah
satu penyebabnya adalah pengapuran yang terjadi pada pembuluh darah,”
tutur dia.
Beberapa
risiko tersebut menyebabkan pemberian ASI sangat penting bagi bayi baru
lahir. Ibu harus paham betapa pentingnya ASI bagi bayi. Namun Hubertin
menyayangkan masih banyak petugas kesehatan maupun fasilias kesehatan
yang belum menyadari pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Sehingga mereka kurang mendorong pemberian ASI pada bayi baru
lahir.
Sumber : Republika
No comments:
Post a Comment