Kecelakaan yang menimbulkan banyak
korban jiwa kerap terjadi di Tanjakan Emen, Kampung Cicenang, Ciater,
Subang.
Bahkan baru-baru ini 17 korban tewas akibat kecelakaan bis pun telah
terjadi. Banyaknya kecelakaan yang terjadi, kerap kali dihubungkan
dengan
hal mistis. Adalah sosok Emen, yang dipercaya sebagai hantu penunggu
tanjakan tersebut yang menyebabkan kecelakaan – kecelakaan tersebut.
MITOS
Siapakah Emen ?
Ada beberapa versi mengenai ihwal mitos
Tanjakan Emen ini. Menurut Sahidin Darajat, warga yang tinggal di
sekitar tanjakan tersebut, dahulu sekitar tahun 1969 terjadi sebuah
kecelakaan yang menyebabkan seorang kernet bus bernama Emen tewas. Saat
itu ia mengaku menyaksikan kejadian tersebut.
“Waktu itu ada bus bernama bus bunga,
kendaraan tersebut mogok di tanjakan, Emen berusaha mengganjal bannya.
Namun rem nya jebol, sehingga pak Emen terseret sama bus hingga
meninggal dunia,” kata Sahidin.
Sejak kejadian itu menurut Sahidin
sering terjadi penampakan dan kecelakaan di sana, sehingga kemudian
tanjakan tersebut dikenal dengan sebutan tanjakan Emen.
Versi kedua mengatakan, Emen adalah
seorang korban tabrak lari di daerah itu. Kemudian mayat Emen bukannya
ditolong, tapi malah disembunyikan dalam rimbunan pepohonan disekitar
tanjakan tersebut. Sejak saat itulah arwah Emen dipercaya menuntut
balas.
Adapula versi lain yang mengatakan bahwa
dulu Emen adalah seorang sopir oplet Subang – Bandung. Nahas bagi Emen
ketika itu tahun 1964 oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar.
Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian, dan sejak saat
itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana.
Untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok
atau menyalakan klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat
melewati tanjakan Emen.
Berdasarkan hasil penelusuran hingga ke
keluarga Emen dapat diketahui ternyata versi yang terakhir yang
mendekati kebenaran. Wahyu, putra dari Emen membenarkan peristiwa itu,
namun ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana
diakibatkan oleh arwah Emen yang gentayangan.
“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak
meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu yang
juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.
“Waktu itu saya berusia kira-kira 8
tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang – Bandung, ketika itu
kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik
kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,”
lanjutnya.
Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Di luar mitos yang beredar, sebenarnya
kecelakaan – kecelakaan yang terjadi di tanjakan Emen bisa dijelaskan
dengan nalar. Kecelakaan yang terjadi di sana sering kali diakibatkan
rem kendaraan yang blong dan kurang piawainya sopir melewati tanjakan
atau turunan tersebut, terutama bagi mereka yang baru pertama kali
melewatinya.
FAKTA
Kondisi tanjakan emen sepanjang 2-3 km
ini sangatlah ekstrim, memiliki kemiringan 40-50 derajat dan memiliki
tikungan – tikungan tajam, hal ini tentunya akan menyulitkan bagi yang
kurang piawai memegang kemudi.
Oleh karena itu sebenarnya yang harus
diperhatikan ketika melewati tanjakan / turunan Emen hanyalah
kewaspadaan dan pastikan kendaraan dalam kondisi laik terutama remnya.
TIPS AMAN BERKENDARA SAAT TANJAKAN
Untuk anda yang baru saja bisa
mempelajari cara mengemudi mobil, mungkin anda akan merasa sangat senang
sekali karena bisa berjalan – jalan dengan menggunakan mobil anda
sendiri tanpa bantuan seorang supir. Namun terkadang ketika menjadi
pemula banyak sekali hal yang sangat ditakuti ketika sedang mengemudi,
salah satunya adalah saat anda harus mengemudi di sebuah tanjakan dan
posisi jalan memang sedang macet, terkadang anda akan merasa gugup untuk
menghadapinya. Anda membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar mobil anda
tidak mundur ataupun menabrak mobil yang ada didepannya. Agar hal itu
tidak terjadi ada tips mengemudi mobil di jalan tanjakan untuk anda.
Yang pertama harus anda lakukan adalah
sesuaikan gigi persneling yang digunakan dengan tanjakan yang dilewati.
Gunakan perseneling 2 atau 3 jika tanjakan tidak terlalu curam, namun
jika tanjakan memang sangat curam anda bisa menggunakan perseneling
satu. Yang kedua, apabila harus berhenti di tengah tanjakan ada tiga
cara yang bisa dilakukan.
Teknik pertama, stop dengan menggunakan
rem tangan, biasanya digunakan untuk stop dengan waktu lama dan tanjakan
cukup tinggi, caranya dengan meanrik tuas rem tangan dan pindahkan
persneling ke posisi netral dan jika anda ingin berjalan kembali
pindahkan persneling ke gigi satu, tekan pedak gas, lepas kopling
perlahan sampai mobil bergerak kemudian turunkan rem tangan secara
perlahan.
Atau anda bisa stop dengan menggunakan
rem kaki dipakai untuk stop dengan waktu sebentar pada tanjakan yang
tidak telalu tinggi, caranya menekan pedal pada kopling pada pedal rem
kaki untuk menghentikan mobil. Apabila ingin berjalan kembali angkat
pedal kopling perlahan sampai terasa mobil bergetar atau jalan dan injak
pedal gas sampai berjalan normal.
Kemudian stop dengan setengah kopling
digunakan pada situasi jalan mengharuskan kita berhenti dalam waktu yang
cukup singakat pada tanjakan yang tinggi. Dilakukan dengan cara
menghentikan laju mobil dengan menekan pedal kopling dan menahan pedal
gas sampai mobil berhenti. Jika anda ingin berjalan lagi, lepaskan atau
angkat pedal kopling perlahan, sambil menekan pedal gas. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda.
No comments:
Post a Comment