Menjadi Lebih baik dan terbaik walaupun buruk dimata orang | Doakan Orang Tua Anda | Sedekahkan harta anda Kepada Fakir Miskin dan Kaum yang tertindas | Hari ini Mungkin kematian menjemput kita tetapi maka dari itu kerjakanlah kebaikan walau di mata manusia tak ada harganya

Friday, July 24, 2009

Anomali Kehidupan

Di sekolah dulu, seorang guru saya pernah menyampaikan sebuah teori
fisika yang mengatakan bahwa sifat semua benda di dunia ini adalah
sama, yaitu memuai bila dipanaskan, dan menyusut bila didinginkan.

Teori ini berlaku buat semua benda, tidak terkecuali air, demikian
kata beliau.

Tapi ada suatu keadaan bertendensi terbalik, yang dinamakan "anomali
air". Keadaan dimaksud terjadi pada saat air dipanaskan pada suhu
+4º Celcius. Ternyata air tidak memuai. Sebaliknya, air tersebut
menyusut. Demikian juga pada saat air didinginkan pada suhu -4º
Celcius, sebaliknya dari menyusut, eh.. dia malah mengembang. Aneh
kan?

Nah, setelah saya fikir-fikir, dalam kehidupan ini juga banyak
kejadian yang aneh-aneh. Saya bahkan ingin mengatakannya banyak
anomali dalam kehidupan ini.

Adanya dualisme dalam kehidupan kita, itu saja sudah aneh. Coba
pikir, ada panas ada dingin. Ada kecil ada besar. Ada baik ada
buruk. Ada siang ada malam Kita bisa menyebutkan lagi seribu satu
contoh dualisme, kalau mau.

Kelanjutan dari keanehan itu adalah, lho kok kita hidup di dunia ini
harus memilih salah satu dari dua kutub dualisme? Alim ulama dan
para pendeta mengatakan bahwa kita harus memilih hanya kebaikan, dan
membuang jauh-jauh yang namanya keburukan.

Guru saya di sekolah menekankan, kita harus selalu rajin dan
melenyapkan kemalasan. Dokter mengatakan bahwa kita harus
mengutamakan kebersihan dan kesehatan. Berantas kekotoran,
ketidakbersihan serta ketidaksehatan.

Kok begitu ya?

Kenapa Tuhan tidak menciptakan saja monoisme, sebagai ganti dari
dualisme. Dengan begitu kita semua hanya mengenal yang baik-baik
saja. Kita hanya tahu kebaikan, kebajikan, kebersihan, kesehatan
dan semua yang sifatnya positif-positif saja. Dan kita tidak perlu
tahu dengan yang negatif, seperti keburukan, kejahatan, kekotoran,
kemalasan, dan lain sebagainya. Kan dengan begitu, manusia juga
tidak akan mengalami kebimbangan atau keraguan dalam memilih jalan
hidupnya, bukan?

TUHAN Maha Besar.. Itulah akhirnya yang saya bisa ucapkan tatkala
menemukan secuil pencerahan. Dualisme memang sudah karakternya
dunia. Manusia memang diturunkan ke dunia untuk menentukan sikap,
untuk memilih. Akankah manusia memilih kebenaran bagi dirinya, dan
menolak kebathilan? Akankah orang akan memilih semua yang positif
dan menyingkirkan yang negatif?

Monoisme, di mana yang ada hanyalah semua yang baik-baik saja, cuma
terdapat di dalam surga. Bukan di dunia. Di surga hanya ada
bahagia, tidak ada sengsara. Hanya ada kenikmatan tidak ada
kesakitan. Hanya ada suka cita tidak ada muram durja. Tuhan
memberikan itu semua untuk manusia. Tapi manusia sendirilah yang
mengubahnya menjadi berbeda.

Nabi Adam, ditengah-tengah kehidupannya yang serba nikmat itu, kok
sempat-sempatnya memetik buah khuldi, sehingga berakibat pecahnya
monoisme menjadi dualisme? Kok berani-beraninya dia berbuat begitu
hingga timbul konfrontasi antara Tuhan dengan Setan? Sadarkah dia
bahwa perbuatannya itu telah menyebabkan seluruh keturunan manusia
menjadi sengsara, hidup terombang-ambing di dunia fana yang penuh
dengan kebimbangan dan ketakutan?

Beratus bahkan beribu tahun umat manusia harus menanggung derita
penghidupan dunia dalam kegelapan, kebutaan serta ketidakmengertian
tentang hakikat hidup ini. Manusia bahkan tidak tahu siapa dirinya
yang sebenarnya!

Syukur alhamdulillah, bahwa sedikit demi sedikit, sejumlah manusia
bijak dapat juga mengungkap rahasia kehidupan. Kaum waskita di
negeri Cina berhasil menemukan bahwa semua yang kelihatan saling
bertentangan itu sebenarnya berasal dari sumber yang sama. Bahwa
dualisme itu asalnya dari monoisme. Bahwa yang gelap dan yang
terang, yang tinggi dan yang rendah, yang benar dan yang salah, yang
panas dan yang dingin, semuanya bersumber satu.

Coba cernakan kata-kata ini: "Yang ada berasal dari yang tiada, yang
tiada berasal dari yang ada. Yang tiada itu sesungguhnya ada, dan
yang ada itu sebenarnya tidak ada. Baik yang ada mau pun yang tiada
pada dasarnya bersumber dari yang satu, itulah yang disebut TAO.."

Huahaha. saya ingin mengatakan bahwa kalau Anda bukan tipe manusia
yang keranjingan spiritualisme, jangan coba-coba menelaah kata-kata
itu. Bisa-bisa Anda akan merasa gila sendiri.

Meski demikian, saya ingin menyampaikan bahwa sesungguhnya di antara
dua hal yang bertentangan itu memang ada hubungan yang sangat erat.
Itu kalau kita tidak mau mengatakannya tidak saja berhubungan, tapi
bahkan saling tarik menarik.

Coba perhatikan, kalau Anda menganggap bahwa makan enak itu sesuatu
hal yang positif, maka sekali mengumbar makan enak, penyakit pun
akan datang "sok akrab" dengan diri Anda. Suatu hal yang negatif,
bukan?

Sebaliknya, pada saat Anda menginginkan kesembuhan atau kesehatan
yang optimal (positif), jangan heran kalau dokter akan menjejali
Anda dengan aneka material yang umumnya terasa pahit, sekaligus
harus menjauhi makanan-makanan enak (negatif). Itulah, yang saya
maksud dengan tanda-tanda "anomali kehidupan".

Mungkin Anda menganggap kenyamanan merupakan suatu hal yang positif,
dan menjadi tujuan akhir dari kehidupan Anda. Tentu yang Anda cari
adalah kemapanan, kelimpahan harta serta segala sesuatu yang serba
teratur, serba tenang tenteram serta menjauhkan diri dari perubahan-
perubahan, apalagi kejutan-kejutan.

Tapi banyak peristiwa yang terjadi ternyata tidak konsisten dengan
anggapan tersebut. Ada seorang komisaris sebuah perusahaan besar,
digaji tinggi dan ia cukup datang sebulan sekali ke kantornya yang
megah. Sekilas kebanyakan orang mengira ia sudah hidup mapan dan
nyaman dengan kondisi yang demikian. Nyatanya, sang komisaris
mengaku sangat tidak kerasan dengan kondisi seperti itu, dan ia
menginginkan tantangan-tantangan yang lebih besar.

Seorang profesional muda yang menjadi konsultan di perusahaan saya,
dengan perasaan sungkan meminta agar honornya dihentikan sementara
waktu sampai volume pekerjaan yang diberikan padanya kembali pada
tingkat kepadatan seperti sebelumnya. Yang terjadi adalah ia merasa
risih dan tidak enak hati, saat harus menerima sejumlah uang setiap
bulan, tanpa kerja dan tanggung jawab yang jelas.

Kenapa begitu? Ya, dia merasa ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang
tidak seimbang. Sebelum ini, ia selalu menerima bayaran, setelah
memberikan kontribusi kerja yang bermanfaat. Maka ia merasakan
kenikmatan maksimal dengan penghasilannya. Tapi, setelah beban
kerjanya nyaris tiada lagi, dan ia tetap dibayar, kenikmatan itu pun
nyaris pula sirna. Bahkan sebaliknya, berubah menjadi beban moral
bagi dirinya.

Dengan demikian cukup jelas bagi kita untuk menyimpulkan bahwa
keadaan pahit dan manis, nyaman dan tertekan, kaya dan miskin,
bahagia dan sengsara, semuanya ada dalam lingkup sebuah sistem maha
besar dari alam semesta ini. Dan jangan lupa bahwa kedua ekstrim
positif dan negatif itu, semuanya diperlukan bila kita ingin
mengerti mekanisme kehidupan dunia. Itulah yang saya sebut
dengan "anomali kehidupan", dan itu pula yang disebut oleh saudara-
saudara kita dengan "Tao".

Anomali yang menjelaskan mengapa seorang anggota keluarga
Rockefeller, yang seakan menganggap uang tidak lebih berharga dari
pasir dan debu di jalan, akhirnya memilih berkelana di hutan-hutan
belantara dan menemui kematiannya di sana.

Topik yang sama juga menjelaskan kenapa Elvis Presley, Marilyn
Monroe dan banyak selebriti lain yang telah bergelimang uang
akhirnya jatuh ke lembah narkoba, sekadar untuk mengejar dan
mencari "sesuatu yang hilang" itu.

Para spiritualis penganut aliran tertentu di India, Persia dan
Timur Tengah, mengadakan aktivitas-aktivitas penyiksaan diri guna
memenuhi persyaratan ritual mereka. Untuk apa? Tidak lain juga
untuk menemukan "sesuatu yang hilang" agar kehidupan mereka kembali
dalam keseimbangan hakiki di alam semesta ini.

Bagaimana dengan kita yang berkecimpung dalam kehidupan kerja, baik
sebagai karyawan mau pun sebagai usahawan?

Banyak dari kita merasa galau dengan kondisi yang dialami saat ini.
Kondisi di mana kita merasa begitu menderita karena kesulitan
keuangan di tengah-tengah krisis ekonomi berkepanjangan. Cemas
memikirkan masa depan diri dan anak-anak kita kelak. Geram melihat
para pemimpin yang tidak lagi memiliki hati nurani karena sepak
terjangnya yang korup, arogan, dan sewenang-wenang. Kesal karena
setiap hari diperintah-perintah orang lain yang disebut "boss",
padahal gaji kecil tak mencukupi, mau jadi pengusaha belum
berani..dan sebagainya..dan sebagainya..

Yang perlu kita sadari adalah, inilah yang disebut dengan anomali
kehidupan. Kalau saja kita menyadari dengan sepenuhnya, maka
sesungguhnya kita tidak lagi harus merasa menjalani kehidupan dengan
keterpaksaan.

Kita sadar bahwa unsur negatif pun diperlukan dalam dunia ini.
Tekanan hidup melatih kita untuk menjadi seorang yang tangguh.
Kesulitan ekonomi mendidik kita untuk berkarya, bahwa persoalan
sebenarnya bukanlah pada kesulitan ekonomi itu sendiri, melainkan
alam menghendaki kita untuk berkarya. Bila karya sudah membudaya
dalam hidup, otomatis tidak akan ada lagi kesulitan ekonomi.

Nah, teman sekalian. Izinkan saya untuk sedikit berpesan,
nikmatilah kehidupan saat ini, bagaimana pun adanya kondisi Anda.
Bila Anda sekarang dalam keadaan yang serba kurang, sadarilah bahwa
Anda sedang melengkapi kebutuhan hidup pada kutub negatifnya.
Nanti, bila Anda telah sukses dan hidup berkelimpahan, Anda akan
dapat menikmatinya secara penuh, tanpa perlu jatuh ke dunia narkoba,
atau berkelana ke hutan. Kalau Anda sekarang ada dalam kelimpahan,
coba periksa, apa Anda bisa menikmatinya dengan baik?

Kalau Anda merasa tidak bisa menikmatinya secara baik dan cenderung
jenuh, serta tidak tahu lagi apa yang mesti Anda perbuat, nah.. itu
artinya Anda belum cukup mengalami sisi negatif kehidupan. Anda
belum cukup mengalami pennderitaan yang membuat Anda pantas
memperoleh segala kelimpahan.

Itulah "anomali kehidupan".

Rusaman Hakim
Pengamat kewirausahaan

No comments:

Humanity|Respect|Try To Not Cry