Cinta tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Tetapi menurut Ibn Qayyim, cinta dapat dirumuskan dengan memperhatikan turunan kata cinta, mahabbah, dalam bahasa Arab. Mahabbah berasal dari kata hubb.
Ada lima makna untuk akar kata hubb.
Pertama, al-shafâ wa al-bayâdh, putih bersih. Bagian gigi yang putih bersih disebut habab al-asnân.
Kedua, al-‘uluww wa al-zhuhûr, tinggi dan tampak. Bagian tertinggi dari air hujan yang deras disebut habab al-mâi. Puncak gelas atau cawan disebut habab juga. Ketiga, al-luzûm wa al-tsubût, terus menerus dan menetap. Unta yang menelungkup dan tidak bangkit-bangkit dikatakan habb al-ba’îr.
Keempat, lubb, inti atau saripati sesuatu. Biji disebut habbah karena itulah benih, asal, dan inti tanaman. Jantung hati, kekasih, orang yang tercinta disebut habbat al-qalb.
Kelima, al-hifzh wal-imsâk, menjaga dan menahan. Wadah untuk menyimpan dan menahan air agar tidak tumpah disebut hibb al-mâi.
Marilah kita ukur kecintaan kita kepada Rasulullah saw dengan lima hal di atas.
Pertama, cinta ditandai dengan ketulusan, kejujuran, dan kesetiaan. Anda tidak akan mengkhianati orang yang Anda cintai. Jika Anda mencintai Rasulullah saw, Anda akan tetap setia kepadanya. Anda tidak akan mencampurkan kecintaan Anda kepadanya dengan motif-motif duniawi. Anda akan memberikan seluruh komitmen Anda.
Rasulullah saw pernah menguji kecintaan sahabat sebelum perang Badar. Kepada para sahabat dihadapkan dua pilihan: Menyerang kafilah dagang yang dipimpin Abu Sufyan atau menyerang pasukan Quraisy. Kebanyakan sahabat menghendaki kafilah dagang karena menyerang mereka lebih mudah dan lebih menguntungkan. Nabi saw menghendaki musuh yang akan menyerang Madinah dan berada pada jarak perjalanan tiga hari dari Madinah.
Allah swt berfirman, “Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu dari kedua kelompok, yang satu untuk kamu, tetapi kamu menginginkan yang tidak mempunyai senjata untuk kamu. Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan kalimat-Nya dan menghancurkan pusat kekuatan orang-orang kafir.” (QS. Al-Anfal; 7).
Rasulullah saw bersabda: “Tuhan menjanjikan kepada kalian dua pilihan –menyerang kafilah dagang atau menyerang pasukan Quraisy” Abubakar berdiri, “Ya Rasulallah, itu pasukan Quraisy dengan bala tentaranya. Mereka tidak beriman setelah kafir dan tidak akan merendah setelah perkasa.” Beliau menyuruh Abu Bakar duduk, seraya berkata, “Kemukakan pendapatmu kepadaku.” Umar berdiri dan mengucapkan pendapat sama seperti pendapat Abu Bakar. Rasulullah saw pun menyuruhnya duduk kembali.
Kemudian Miqdad berdiri, “Ya Rasul Allah, memang itulah Quraisy dan bala tentaranya. Kami sudah beriman kepadamu, sudah membenarkanmu, dan kami bersaksi bahwa yang engkau bawa itu adalah kebenaran dari sisi Allah. Demi Allah, jika engkau memerintahkan kami agar kami menerjang pohon yang keras dan duri yang tajam, kami akan bergabung bersamamu. Kami tidak akan berkata seperti Bani Israil kepada Musa –Pergilah kamu bersama Tuhanmu, beperanglah kalian berdua, kami akan duduk di sini saja. Tetapi kami akan berkata: Pergilah engkau bersama Tuhanmu, berperanglah dan kami akan berperang bersamamu.”
Wajah Nabi saw bersinar gembira. Beliau mendoakan Miqdad. Beliau juga meminta pendapat Anshar, kelompok mayoritas yang hadir di situ. Berdirilah Sa’ad bin Mu’adz: “Demi ayah dan ibuku, ya Rasul Allah, sungguh kami sudah beriman kepadamu, membenarkanmu, dan menyaksikan bahwa apa yang engkau bawa itu adalah kebenaran dari Allah. Perintahkan kepada kami apa yang engkau kehendaki... Demi Allah, sekiranya engkau perintahkan kami untuk terjun ke dalam lautan, kami akan terjun ke dalamnya bersamamu. Mudah-mudahan Allah memperlihatkan kepadamu yang menentramkan hatimu. Berangkatlah bersama kami dalam keberkahan dari Allah.” Berangkatlah Rasulullah saw bersama sahabatnya meninggalkan kota Madinah untuk menyongsong musuh yang bersenjata lengkap. Pada waktu itulah turun ayat, “Sebagaimana Tuhanmu mengeluarkan kamu dari rumahmu dengan kebenaran, walaupun sebagian dari kaum mukminin membencinya.” (QS. Al-Anfal; 5).
Sikap Miqdad dan Mu’adz menunjukkan cinta setia mereka kepada Rasulullah saw. Mereka segera menangkap kehendak kekasihnya –Rasulullah saw- dan mereka mengesampingkan tujuan-tujuan duniawi demi membahagiakan Nabi saw yang dicintainya. Di dalamnya juga ada tanda kedua dari cinta, yakni pengutamaan kehendak Rasulullah saw di atas kehendak dan keinginan mereka.
Abdullah bin Hisyam bercerita, “Kami sedang bersama Nabi saw. Ia memegang tangan Umar bin Khaththab.
Umar berkata:" Ya Rasul Allah, engkau lebih aku cintai dari apa pun kecuali dari diriku sendiri".
Nabi saw berkata:" Tidak. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, belum sempurna iman kamu sebelum aku lebih kamu cintai dari dirimu sendiri".
Umar berkata lagi: "Sekarang memang begitu demi Allah. Sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri".
Nabi saw bersabda: "Sekaranglah, hai Umar.”
Taktala Imam Ali bin Abi Thalib kw ditanya:" Bagaimana kecintaan kalian kepada Rasulullah saw?
Ia menjawab: "Demi Allah, ia lebih kami cintai dari harta kami, anak-anak kami, orangtua kami dan bahkan lebih kami cintai daripada air sejuk bagi orang yang kehausan".
Kebenaran ucapan Imam Ali itu dibuktikan dalam peristiwa Uhud. Kepada seorang sahabat perempuan Anshar diperlihatkan anggota keluarganya yang syahid di situ –ayahnya, saudaranya, dan suaminya.
Ia bertanya: “Bagaimana keadaan Rasulullah saw?”
Orang-orang menjawab: “Ia baik-baik saja, seperti yang engkau sukai.”
Ia berkata lagi: “Tunjukkan beliau kepadaku supaya aku pandangi beliau.” Ketika ia melihatnya, ia berkata: “Sesudah berjumpa denganmu, ya Rasul Allah, semua musibat kecil saja!”
Atau ketika Zaid bin Al-Datsanah ditangkap oleh kaum musyrikin. Sambil tidak henti-hentinya menerima penganiayaan dan siksaan, ia diseret dari Masjidil Haram ke padang pasir untuk dibunuh. Abu Sofyan berkata kepadanya: “Hai Zaid, maukah Muhammad kami ambil dan kami pukul kuduknya, sedangkan engkau berada di tengah keluargamu?” Zaid melonjak, seakan-akan seluruh kekuatannya pulih kembali. Ia membentak: “Tidak, demi Allah. Aku tidak suka duduk bersama keluargaku sementara sebuah duri menusuk Muhammad.” Kata Abu Sufyan: “Aku belum pernah melihat manusia mencintai seseorang seperti sahabat-sahabat Muhammad mencintai Muhammad.”
"Ya Rasulullah, kelak jemputlah siapa saja dari ummatmu yang mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari cintanya pada apapun juga termasuk keluarganya dan dirinya sendiri , jemputlah ia yang setia kepadamu, menjalankan sunnah yang engkau tegakkan dan yang senantiasa menggumamkan namamu dengan ber-shalawat kepadamu"
Showing posts with label Sufistik. Show all posts
Showing posts with label Sufistik. Show all posts
Saturday, April 23, 2011
Syeikh Maulana Akbar
Syeikh Maulana Akbar
Diposting oleh Mistikus Cinta
Syeikh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syeikh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syeikh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.
Silsilah Syeikh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syeikh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syeikh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syeikh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya. Mistikus Cinta
Diposting oleh Mistikus Cinta
Syeikh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syeikh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syeikh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.
Silsilah Syeikh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syeikh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syeikh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syeikh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya. Mistikus Cinta
Friday, May 07, 2010
Mutiara Nasehat Abdullah Bin Mas'ud
Mutiara Nasehat Abdullah Bin Mas’ud
Seorang laki-laki berada di sisi beliau dan berkata, “Aku tidak ingin menjadi golongan kanan, aku ingin termasuk golongan muqarrabun saja.” Abdullah berkata, “Bahkan disini ada orang yang apabila meninggal nanti tidak ingin dibangkitakan. ” (yakni beliau)
* Suatu saat beliau keluar dan diikuti oleh beberapa orang. Beliau bertanya kepada mereka, “Adakah kalian memiliki kepentingan sehingga mengikutiku? ” Mereka menjawab,”Tidak ada, kami hanya ingin berjalan bersama anda.” Abdullah berkata, “Kembalilah kalian, sesungguhnya yang demikian ini menyebabkan hina bagi yang mengikuti dan fitnah bagi yang diikuti.”
* Abdullah berkata, “Seandainya kalian mengetahui apa yang ada pada diriku sebagaimana yang aku ketahui tentang diriku, niscaya akan kalian taburkan tanah di kepalaku.”
* Abdullah berkata, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan, niscaya Allah akan memberi kebaikan kepadanya dan barangsiapa menjaga dari kejahatan, niscaya Allah akan menjaganya.”
* Orang-orang yang bertakwa adalah pemuka, para ahli fiqih adalah pemimpin, bergaul dengan mereka akan menambah kebaikan.”
* Sebaik-baik perkara yang dibenci adalah kematian dan kefakiran. Demi Allah tidak ada lain kecuali kaya atau miskin. Aku tidak peduli, dengan yang mana aku diuji. Aku hanya berharap kepada Allah dalam keadaan kaya atau miskin. Bila kaya, semoga Allah memberiku kedermawanan. Apabila fakir, semoga Allah memberiku kesabaran.
* Selagi engkau dalam shalat, berarti engkau sedang mengetuk pintu Raja. Barangsiapa mengetuk pintu Raja, niscaya akan dibukakan baginya.
* Seringkali syahwat mengakibatkan sedih berkepanjangan.
* Bila zina dan riba telah dilakukan dengan terang-terangan di suatu desa, pertanda akan datang kehancurannya.
* Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar Al-Qur’an, di tempat majelis dzikir dan saat-saat menyendiri. Bila engkau tidak mendapatinya, maka mohonlah kepada Allah agar Dia menganugerahkan hati (yang baru) kepadamu, karena sesungguhnya engkau sudah tidak lagi memiliki hati.
* Tiada sesuatupun di muka bumi yang lebih perlu untuk lama dipenjara daripada lisan.
* Ilmu bukanlah karena banyaknya menghafal riwayat, akan tetapi ilmu adalah rasa takut.
* Setiap pandangan yang haram adalah santapan bagi syetan
* Sudah sepantasnya bagi pembawa Al-Qur’an menghidupkan malamnya di saat manusia tidur, shaum di siang hari di saat manusia berbuka, menunjukkan kesedihannya saat manusia bersenang-senang, menangis di saat manusia tertawa, diam saat manusia banyak bicara, khusyu’ saat manusia sombong. Hendaknya seorang pembawa Al-Qur’an senantiasa menangis, sedih, bijaksana, lemah lembut dan tenang. Dan tidak sepantasnya seorang pembawa Al-Qur’an itu keras hati, lalai, banyak bicara dan kasar.
* Bersama kegembiraan pasti ada kesedihan. Tiada rumah yang mendapatkan kenikmatan, melainkan mendapatkan pula pelajaran. Masing-masing kalian adalah tamu, sedangkan hartanya adalah pinjaman. Setiap tamu akan segera pulang, sedangkan pinjaman dikembalikan kepada pemiliknya.
Diambil dari: Menjadi Kekasih Allah, Bersama Pakar Rohani Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Penerbit Pustaka At-Tibyan
Seorang laki-laki berada di sisi beliau dan berkata, “Aku tidak ingin menjadi golongan kanan, aku ingin termasuk golongan muqarrabun saja.” Abdullah berkata, “Bahkan disini ada orang yang apabila meninggal nanti tidak ingin dibangkitakan. ” (yakni beliau)
* Suatu saat beliau keluar dan diikuti oleh beberapa orang. Beliau bertanya kepada mereka, “Adakah kalian memiliki kepentingan sehingga mengikutiku? ” Mereka menjawab,”Tidak ada, kami hanya ingin berjalan bersama anda.” Abdullah berkata, “Kembalilah kalian, sesungguhnya yang demikian ini menyebabkan hina bagi yang mengikuti dan fitnah bagi yang diikuti.”
* Abdullah berkata, “Seandainya kalian mengetahui apa yang ada pada diriku sebagaimana yang aku ketahui tentang diriku, niscaya akan kalian taburkan tanah di kepalaku.”
* Abdullah berkata, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan, niscaya Allah akan memberi kebaikan kepadanya dan barangsiapa menjaga dari kejahatan, niscaya Allah akan menjaganya.”
* Orang-orang yang bertakwa adalah pemuka, para ahli fiqih adalah pemimpin, bergaul dengan mereka akan menambah kebaikan.”
* Sebaik-baik perkara yang dibenci adalah kematian dan kefakiran. Demi Allah tidak ada lain kecuali kaya atau miskin. Aku tidak peduli, dengan yang mana aku diuji. Aku hanya berharap kepada Allah dalam keadaan kaya atau miskin. Bila kaya, semoga Allah memberiku kedermawanan. Apabila fakir, semoga Allah memberiku kesabaran.
* Selagi engkau dalam shalat, berarti engkau sedang mengetuk pintu Raja. Barangsiapa mengetuk pintu Raja, niscaya akan dibukakan baginya.
* Seringkali syahwat mengakibatkan sedih berkepanjangan.
* Bila zina dan riba telah dilakukan dengan terang-terangan di suatu desa, pertanda akan datang kehancurannya.
* Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar Al-Qur’an, di tempat majelis dzikir dan saat-saat menyendiri. Bila engkau tidak mendapatinya, maka mohonlah kepada Allah agar Dia menganugerahkan hati (yang baru) kepadamu, karena sesungguhnya engkau sudah tidak lagi memiliki hati.
* Tiada sesuatupun di muka bumi yang lebih perlu untuk lama dipenjara daripada lisan.
* Ilmu bukanlah karena banyaknya menghafal riwayat, akan tetapi ilmu adalah rasa takut.
* Setiap pandangan yang haram adalah santapan bagi syetan
* Sudah sepantasnya bagi pembawa Al-Qur’an menghidupkan malamnya di saat manusia tidur, shaum di siang hari di saat manusia berbuka, menunjukkan kesedihannya saat manusia bersenang-senang, menangis di saat manusia tertawa, diam saat manusia banyak bicara, khusyu’ saat manusia sombong. Hendaknya seorang pembawa Al-Qur’an senantiasa menangis, sedih, bijaksana, lemah lembut dan tenang. Dan tidak sepantasnya seorang pembawa Al-Qur’an itu keras hati, lalai, banyak bicara dan kasar.
* Bersama kegembiraan pasti ada kesedihan. Tiada rumah yang mendapatkan kenikmatan, melainkan mendapatkan pula pelajaran. Masing-masing kalian adalah tamu, sedangkan hartanya adalah pinjaman. Setiap tamu akan segera pulang, sedangkan pinjaman dikembalikan kepada pemiliknya.
Diambil dari: Menjadi Kekasih Allah, Bersama Pakar Rohani Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Penerbit Pustaka At-Tibyan
Junai Al-Bghdadi
Junaid Al-Baghdadi
Junaid Al-Baghdadi (maqamnya gambar di sebelah)adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi. Tahun kelahiran Imam Junaid tidak dapat dipastikan. Tidak banyak dapat ditemui tahun kelahiran beliau pada biografi lainnya. Beliau adalah orang yang terawal menyusun dan memperbahaskan tentang ilmu tasauf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang menerangkan tentang ilmu tasauf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.
Imam Junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung perniagaan di kota Baghdad yang ramai pelanggannya. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidaklah disibukkan dengan menguruskan perniagaannya sebagaimana sesetengah peniaga lain yang kaya raya di Baghdad.
Waktu perniagaannya sering disingkatkan seketika kerana lebih mengutamakan pengajian anak-anak muridnya yang dahagakan ilmu pengetahuan. Apa yang mengkagumkan ialah Imam Junaid akan menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau balik ke rumah untuk beribadat seperti solat, membaca al-Quran dan berzikir.
Setiap malam beliau berada di masjid besar Baghdad untuk menyampaikan kuliahnya. Ramai penduduk Baghdad datang masjid untuk mendengar kuliahnya sehingga penuh sesak.
Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Beliau redha dan bersyukur kepada Allah SWT dengan segala nikmat yang dikurniakan kepadanya. Beliau tidak pernah berangan-angan untuk mencari kekayaan duniawi dari sumber pekerjaannya sebagai peniaga.
Beliau akan membahagi-bahagikan sebahagian dari keuntungan perniagaannya kepada golongan fakir miskin, peminta dan orang-orang tua yang lemah.
Bertasauf Ikut Sunnah Rasulullah saw
Imam Junaid seorang yang berpegang kuat kepada al-Quran dan as-Sunnah. Beliau sentiasa merujuk kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah saw dalam setiap pengajiannya.
Beliau pernah berkata:
“Setiap jalan tertutup, kecuali bagi mereka yang sentiasa mengikuti perjalanan Rasulullah saw. Sesiapa yang tidak menghafal al-Quran, tidak menulis hadis-hadis, tidak boleh dijadikan ikutan dalam bidang tasauf ini.”
Memiliki Beberapa Kelebihan dan Karamah
Imam Junaid mempunyai beberapa kelebihan dan karamah. Antaranya ialah berpengaruh kuat setiap kali menyampaikan kuliahnya. Kehadiran murid-muridnya di masjid, bukan saja terdiri daripada orang-orang biasa malah semua golongan meminatinya.
Masjid-masjid sering dipenuhi oleh ahli-ahli falsafah, ahli kalam, ahli fekah, ahli politik dan sebagainya. Namun begitu, beliau tidak pernah angkuh dan bangga diri dengan kelebihan tersebut.
Diuji Dengan Seorang Wanita Cantik
Setiap insan yang ingin mencapai keredhaan Allah selalunya menerima ujian dan cabaran. Imam Junaid menerima ujian daripada beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan imej Imam Junaid.
Musuh-musuhnya telah bekerja keras menghasut khalifah di masa itu agar membenci Imam Junaid. Namun usaha mereka untuk menjatuhkan kemasyhuran Imam Junaid tidak berhasil.
Musuh-musuhnya berusaha berbuat sesuatu yang boleh memalukan Imam Junaid. Pada suatu hari, mereka menyuruh seorang wanita cantik untuk memikat Imam Junaid. Wanita itu pun mendekati Imam Junaid yang sedang tekun beribadat. Ia mengajak Imam Junaid agar melakukan perbuatan terkutuk.
Namun wanita cantik itu hanya dikecewakan oleh Imam Junaid yang sedikitpun tidak mengangkat kepalanya. Imam Junaid meminta pertolongan dari Allah agar terhindar daripada godaan wanita itu. Beliau tidak suka ibadahnya diganggu oleh sesiapa. Beliau melepaskan satu hembusan nafasnya ke wajah wanita itu sambil membaca kalimah Lailahailallah. Dengan takdir Tuhan, wanita cantik itu rebah ke bumi dan mati.
Khalifah yang mendapat tahu kematian wanita itu telah memarahi Imam Junaid kerana menganggapnya sebagai suatu perbuatan jenayah.
Lalu khalifah memanggil Imam Junaid untuk memberikan penjelasan di atas perbuatannya. “Mengapa engkau telah membunuh wanita ini?” tanya khalifah.
“Saya bukan pembunuhnya. Bagaimana pula dengan keadaan tuan yang diamanahkan sebagai pemimpin untuk melindungi kami, tetapi tuan berusaha untuk meruntuhkan amalan yang telah kami lakukan selama 40 tahun,” jawab Imam Junaid.
Wafatnya
Akhirnya kekasih Allah itu telah menyahut panggilan Ilahi pada 297 Hijrah. Imam Junaid telah wafat di sisi As-Syibli, seorang daripada muridnya.
Ketika sahabat-sahabatnya hendak mengajar kalimat tauhid, tiba-tiba Imam Junaid membuka matanya dan berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melupakan kalimat itu sejak lidahku pandai berkata-kata.”
sumber : http://tamanulama.blogspot.com
Junaid Al-Baghdadi (maqamnya gambar di sebelah)adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi. Tahun kelahiran Imam Junaid tidak dapat dipastikan. Tidak banyak dapat ditemui tahun kelahiran beliau pada biografi lainnya. Beliau adalah orang yang terawal menyusun dan memperbahaskan tentang ilmu tasauf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang menerangkan tentang ilmu tasauf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.
Imam Junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung perniagaan di kota Baghdad yang ramai pelanggannya. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidaklah disibukkan dengan menguruskan perniagaannya sebagaimana sesetengah peniaga lain yang kaya raya di Baghdad.
Waktu perniagaannya sering disingkatkan seketika kerana lebih mengutamakan pengajian anak-anak muridnya yang dahagakan ilmu pengetahuan. Apa yang mengkagumkan ialah Imam Junaid akan menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau balik ke rumah untuk beribadat seperti solat, membaca al-Quran dan berzikir.
Setiap malam beliau berada di masjid besar Baghdad untuk menyampaikan kuliahnya. Ramai penduduk Baghdad datang masjid untuk mendengar kuliahnya sehingga penuh sesak.
Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Beliau redha dan bersyukur kepada Allah SWT dengan segala nikmat yang dikurniakan kepadanya. Beliau tidak pernah berangan-angan untuk mencari kekayaan duniawi dari sumber pekerjaannya sebagai peniaga.
Beliau akan membahagi-bahagikan sebahagian dari keuntungan perniagaannya kepada golongan fakir miskin, peminta dan orang-orang tua yang lemah.
Bertasauf Ikut Sunnah Rasulullah saw
Imam Junaid seorang yang berpegang kuat kepada al-Quran dan as-Sunnah. Beliau sentiasa merujuk kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah saw dalam setiap pengajiannya.
Beliau pernah berkata:
“Setiap jalan tertutup, kecuali bagi mereka yang sentiasa mengikuti perjalanan Rasulullah saw. Sesiapa yang tidak menghafal al-Quran, tidak menulis hadis-hadis, tidak boleh dijadikan ikutan dalam bidang tasauf ini.”
Memiliki Beberapa Kelebihan dan Karamah
Imam Junaid mempunyai beberapa kelebihan dan karamah. Antaranya ialah berpengaruh kuat setiap kali menyampaikan kuliahnya. Kehadiran murid-muridnya di masjid, bukan saja terdiri daripada orang-orang biasa malah semua golongan meminatinya.
Masjid-masjid sering dipenuhi oleh ahli-ahli falsafah, ahli kalam, ahli fekah, ahli politik dan sebagainya. Namun begitu, beliau tidak pernah angkuh dan bangga diri dengan kelebihan tersebut.
Diuji Dengan Seorang Wanita Cantik
Setiap insan yang ingin mencapai keredhaan Allah selalunya menerima ujian dan cabaran. Imam Junaid menerima ujian daripada beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan imej Imam Junaid.
Musuh-musuhnya telah bekerja keras menghasut khalifah di masa itu agar membenci Imam Junaid. Namun usaha mereka untuk menjatuhkan kemasyhuran Imam Junaid tidak berhasil.
Musuh-musuhnya berusaha berbuat sesuatu yang boleh memalukan Imam Junaid. Pada suatu hari, mereka menyuruh seorang wanita cantik untuk memikat Imam Junaid. Wanita itu pun mendekati Imam Junaid yang sedang tekun beribadat. Ia mengajak Imam Junaid agar melakukan perbuatan terkutuk.
Namun wanita cantik itu hanya dikecewakan oleh Imam Junaid yang sedikitpun tidak mengangkat kepalanya. Imam Junaid meminta pertolongan dari Allah agar terhindar daripada godaan wanita itu. Beliau tidak suka ibadahnya diganggu oleh sesiapa. Beliau melepaskan satu hembusan nafasnya ke wajah wanita itu sambil membaca kalimah Lailahailallah. Dengan takdir Tuhan, wanita cantik itu rebah ke bumi dan mati.
Khalifah yang mendapat tahu kematian wanita itu telah memarahi Imam Junaid kerana menganggapnya sebagai suatu perbuatan jenayah.
Lalu khalifah memanggil Imam Junaid untuk memberikan penjelasan di atas perbuatannya. “Mengapa engkau telah membunuh wanita ini?” tanya khalifah.
“Saya bukan pembunuhnya. Bagaimana pula dengan keadaan tuan yang diamanahkan sebagai pemimpin untuk melindungi kami, tetapi tuan berusaha untuk meruntuhkan amalan yang telah kami lakukan selama 40 tahun,” jawab Imam Junaid.
Wafatnya
Akhirnya kekasih Allah itu telah menyahut panggilan Ilahi pada 297 Hijrah. Imam Junaid telah wafat di sisi As-Syibli, seorang daripada muridnya.
Ketika sahabat-sahabatnya hendak mengajar kalimat tauhid, tiba-tiba Imam Junaid membuka matanya dan berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melupakan kalimat itu sejak lidahku pandai berkata-kata.”
sumber : http://tamanulama.blogspot.com
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Cara yang paling baik untuk akhir kehidupan kita adalah hidup untuk orang lain. Itulah yang saya coba lakukan. John D Rockefeller Hanya pend...
-
Apa untungnya perhiasan disepuh dan di lapis?? Dua-duanya menguntungkan, kalau kita menginginkan perhiasan murah tapi serupa e...