Menjadi Lebih baik dan terbaik walaupun buruk dimata orang | Doakan Orang Tua Anda | Sedekahkan harta anda Kepada Fakir Miskin dan Kaum yang tertindas | Hari ini Mungkin kematian menjemput kita tetapi maka dari itu kerjakanlah kebaikan walau di mata manusia tak ada harganya

Saturday, April 04, 2009

Dari Lumpur Hingga SPBU

Dari Lumpur Hingga SPBU
Monday, 12 November 2007

Menapaki jenjang dari seseorang penjual es kelapa muda, Urpan Dani sukses mendirikan beberapa perusahaan. Kiatnya; keikhlasan dan doa. Sukatna

Kru sebuah production house sedang sibuk menyorotkan kamera untuk merekam beberapa adegan di sebuah rumah di Citra Gran Blok E17 No. 6 Cibubur.
Beberapa adegan dari sinetron tersebut memang mengambil lokasi di rumah Urpan Dani, pendiri beberapa perusahaan yang bergerak di bidang lumpur pengeboran, eksportir kayu manis, pemasok pasir, pengelola SPBU Petronas dan jual-beli properti.

Namun kisah sukses Urpan bukanlah sebuah kebetulan, seperti yang banyak terjadi dalam kisah-kisah sinetron kita. Sebelum memiliki beberapa perusahaan Urpan harus berjuang keras, bahkan sempat menjadi penjual es kelapa muda di Pintu II Senayan, dan menjual penjual tempe goreng. Semuanya dilakoni dengan ikhlas.

Sebenarnya, setamat kuliah di Fakultas ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta pada tahun 1989, pria kelahiran tahun 1964 ini sempat diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Departemen Koperasi di tanah kelahirannya Kerinci. Tetapi ia mengaku tidak berminat menjadi PNS. Justru Urpan pergi ke Jakarta ikut pamannya.
Lantaran tidak setuju dengan pilihan anaknya, orangtua Urpan tidak mengirimi uang belanja sehari-hari. Tetapi Urpan tidak menyerah begitu saja. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari ia harus berjualan es kelapa muda, kemudian menjadi penjual tempe goreng.

Di sela-sela menekuni ‘profesinya’ itu, Urpan mengirimkan lamaran ke sejumlah perusahaan. Sempat tes di Pertamina sampai tahapan ketiga, tetapi akhirnya gagal. “Jumlah lamaran sampai 300 lebih,” ungkap Urpan belum lama ini.
Dari salah satu lamarannya, Urpan diterima di sebuah perusahaan lumpur pengeboran yang kantor pusatnya di Jakarta. Tetapi Urpan ditempatkan di Palangkaraya. Pada pagi hari, Urpan menyelesaikan pekerjaan kantor. Di siang harinya, belajar mengoperasikan alat-alat berat, dan sore harinya belajar mengelas. Praktis tidak ada waktu luang untuk Urpan.

Tak lama berselang, Urpan ditarik ke Jakarta tetapi ditempatkan di pabrik. Di pabrik Urpan banyak belajar, mulai dari memproduksi bahan-bahan pendukung lumpur pengeboran sampai mengelas plastik. Ia ingin menyerap semua ilmu tersebut. Ia yakin ilmu itu akan berguna kelak di kemudian hari. Keyakinannya tidak meleset. Prestasinya terus melesat, hingga akhirnya dipercaya menjadi general manager yang mengurusi semua kebutuhan perusahaan dari A sampai Z.

Di tengah karirnya yang terus menanjak, Urpan menyunting anak mantan bupati Kerinci, Gladia Rahmawati, pada tahun 1995. Dalam posisinya sebagai general manager, sering Urpan mengambil keputusan-keputusan penting diantaranya memilih rekanan perusahaan. Ternyata banyak rekanan perusahaan yang memberikan ‘uang terimakasih’. Hal ini justru membuatnya tidak nyaman. Hal ini ia sampaikan ke pemilik malah berujar,” ambil saja uang itu. Keuntungan perusahaan lebih besar daripada yan kamu dapatkan.”
Urpan merasa tidak nyaman. Ia berkeputusan untuk mengundurkan diri. Sebelum mengundurkan diri pada tahun 1997, Urpan melakukan sholat istikharah, untuk meminta petunjuk kepada Allah. Tak lupa ia meminta dukungan dari keluarganya maupun dari keluarga istrinya. Tak satu pun yang setuju ia mengundurkan diri, kecuali satu orang, yakni istrinya. Setelah sholat istikharah beberapa malam, Urpan mengambil keputusan bulat : mengundurkan diri dan siap-siap mendirikan usaha jual-beli mobil bekas.

Ternyata menjadi pengusaha itu tidak semudah membayangkannya. Usaha jual beli mobil bekas yang ia dirikan pada tahun 1997 dengan menggunakan bendera PT. Salsabila Rizky Pratama nyaris macet. Mobil-mobil terlanjur ia kirimkan ke Jambi untuk dijual ternyata seret. Tetapi ia sudah tidak bisa mundur lagi. Mobil-mobil itu ia tarik kembali ke Jakarta dan ia jual di Lapangan Ros dan Kalibata indah. Pada tahun-tahun awal hasilnya lumayan. Penjualan terus meningkat.
Di sela-sela mengiklankan mobil dagangannya, Urpan juga mengiklankan kayu manis dan menjalankan bisnis lumpur pengeboran, meski masih kecil-kecilan. Beberapa orang memesan kayu manisnya tetapi ternyata kebanyakan menipu. Setelah kayu manis dikirim, mereka tidak mengirimkan uangnya. Sudah jatuh tertimpa tangga, itu peribahasanya. Usaha kayu manis belum membuahkan hasil, bahkan ditipu, usaha jual-beli mobil bekasnya lesu. Apalagi, ia juga ditipu beberpa pedagang yan menjual mobil bodong. “Kerugian saat itu mencapai Rp. 250 juta,” tuturnya.

Di saat kondisi perusahannya letih lesu, Urpan justru mengambil keputusan untuk menunaikan ibadah haji bersama istrinya pada tahun 1991. Dengan uang seadanya, sebagian hasil pinjaman dari keluarganya, Urpan dan Gladia berangkat ke Tanah Suci.
Di Al-Mutazzam, Urpan berdoa dengan khusuk. Memohonkan ampunan untuk leluhurnya yang sudah meninggal serta meminta keselamatan dan kesehatan bagi keluarga yang masih hidup. Di akhir doa, ia meminta agar Allah menunjukkan jalan dan meridhoi usahanya. Tak lama berselang, telepon genggamnya berbunyi. Isi pesan yang dikirim adiknya mengatakan PT. Salsabila mendapatkan proyek lumpur pengeboran dari sebuah perusahaan ternama. “Doa saya dibayar tunai. Saking senangnya saya menangis sampai “nungging-nungging” ucap Urpan yang kini membina ribuan petani kayu manis di Kerinci. Dari Al Mutazzam inilah terjadi perubahan yang luar biasa pada perusahaannya.

Penjualan kayu manis, yang semula diniatkan untuk membantu mengangkat harga sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani, mulai membuahkan hasil. Usaha lumpur pengeboran yang tadinya kecil mulai menggurita. Bahkan untuk memperbesar pemasaran 35 item produk Lumpur pengeborannya, Urpan berpatungan dengan rekannya untuk mendirikan PT. Prima Hidrokarbon Internusa pada tahun 2002. PT. Salsabila menjual secara ritel dan PT. Prima Hidrokarbon masuk ke tender-tender besar. Selain memasok 35 item bahan pendukung Lumpur pengeboran, PT. Prima Hidrokarbon juga melakukan pengeboran sendiri.

Perusahaan terus menggurita. Keenam adik Urpan ikut terlibat untuk membesarkan usaha yang didirikan sulung dari tujuh bersaudara ini. Perusahaan yang memiliki kantor pusat di Cibubur dan pabrik di Karawang ini memiliki sekitar 800 karyawan. Ekspansi usaha terus dilakukan. Bisnis properti (membeli rumah kemudian merenovasinya) yang sebelumnya tidak dirambah mulai dimasukinya. Bisnis perkayuan juga mulai dimasuki. Semua bisnis ini ditangani oleh adik-adiknya.
Sekitar akhir tahun 2005 lalu, Urpan kembali mendirikan perusahaan pemasok pasir, PT Pasir Bumi Nusantara. Salah satu adiknya, Faizal Kadni dipercaya untuk menjalankan usaha tersebut. Dalam hitungan bulan saja, PT Pasir Bumi Nusantara mampu memasok pasir ke Cibubur dan Jalan Kali Malang sebanyak 600-800 kubik per hari.
Si bungsu, Faizin Kadni yang pilih tinggal di Yogyakarta mendirikan perusahaan travel PT. Radin Pratama yang mengusung bendera Radin Tour. “Keberhasilan bukan semata-mata diukur dari banyaknya materi, tetapi juga keberhasilannya dalam membimbing adik-adik dan merukunkan keluarga,” kata Urpan.

Urpan sendiri sering mengatakan bahwa usahanya masih kecil. Namun orang lain, melihat pria ini sosok yang sukses. Buktinya, salah satu rumah produksi meminjam rumahnya untuk dijadikan lokasi syuting. Pelanggan lumpur pengeborannya juga perusahaan ternama, di antaranya Pertamina. Sedangkan penjualan kayu manisnya sudah merambah negara-negara di seantero dunia.

Ketika ditanya kiat suksesnya, Urpan mengatakan keikhlasan dan doa. “Ikhlas bukan berarti kita menyerah terhadp keadaan. Dalam berbisnis kita tetap harus berusaha keras. Berusaha untuk menciptakan produk berkualitas dan berusaha mendapatkan order sebanyak-banyaknya. Walau kita sudah bekerja keras tetapi kalau hasilnya tidak sesuai dengan yang ditargetkan kita harus ikhlas menerimanya. Itulah makna ikhlas yang saya maksud. Selain ikhlas adalah doa. Bagi saya doa itu yang pertama, baru kemudian berusaha. Tetapi banyak orang yang mengatakan berusaha dulu baru berdoa. Silakan, itu pilihan masing-masing orang. Dan jangan lupa, di balik keuntungan yang kita peroleh terdapat harta hak orang lain, diantaranya fakir miskin dan anak yatim piatu. Kalau kita memberikan hak-hak mereka Insya Allah rejeki kita lancar, seperti Salsabila (oase di surga yang airnya terus mengucur,” pungkas pria yang Agustus tahun lalu mengoperasikan SPBU Petronas di Lenteng Agung ini.

© 2009 Majalah Pengusaha - Peluang Usaha dan Solusinya

2 comments:

Emen said...

wah hebat yang mau berjuang keras akan mendapatkan hasil

Unknown said...

cerita yang inspiratif untuk sebuah motivasi

Humanity|Respect|Try To Not Cry