Menjadi Lebih baik dan terbaik walaupun buruk dimata orang | Doakan Orang Tua Anda | Sedekahkan harta anda Kepada Fakir Miskin dan Kaum yang tertindas | Hari ini Mungkin kematian menjemput kita tetapi maka dari itu kerjakanlah kebaikan walau di mata manusia tak ada harganya

Friday, July 15, 2011

John Forbes Nash, Jr., Sang Jenius Matematika yang Gila

Orang ini jenius”, hanya kalimat tunggal inilah yang ditulis Prof. R.J. Duffin dari Carnegie Institute of Technology dalam surat rekomendasi bagi muridnya, John Forbes Nash, Jr, yang ditujukan pada Departemen Matematika Universitas Princeton. Universitas ini pun dengan tangan terbuka menerima Nash. Karya Nash di universitas ini kemudian berbuah Nobel.

Nash lahir 13 Juni 1928 di Bluefield, Virginia Barat, Amerika Serikat (AS). Sejak kecil ia selalu menjadi orang yang berbeda. Orang tuanya tahu ia sangat cedas. Nash membalas penolakan sosial yang dilakukan teman-teman sekelasnya dengan keunggulan intelektualnya. Ibunya sering mendesak adik Nash, Martha, untuk mengajak Nash dalam pergaulan. Namun, Martha enggan membawa-bawa Nash yang dianggap orang aneh.

Setelah lulus dari sekolah menengah atas di Bluefield tahun 1945, Nash melanjutkan pendidikannya dengan bekal beasiswa penuh di Carnegie Institute of Technology (sekarang Universitas Carnegie Mellon). Di sana Nash berubah-ubah jurusan. Awalnya ia masuk jurusan teknik kimia, kemudian pindah ke jurusan kimia dan akhirnya merasa cocok dengan jurusan matematika.

Nash kemudian mendapat dua tawaran beasiswa yaitu dari Universitas Harvard dan Princeton. Ia memilih Departemen Matematika Universitas Princeton. Dalam legenda Princeton, Nash dikenal sebagai “Hantu Fine Hall” (Fine Hall adalah pusat matematika Princeton). Julukan itu diberikan karena saat tengah malam sosok gelapnya tampak sedang menulis persamaan matematika dengan tulisan cakar ayam di papan tulis.

Nash meraih gelar doktor tahun 1950 dengan desertasi yang di dalamnya menjelaskan teori yang kemudian dikenal sebagai Nash Equilibrium (Kesetimbangan Nash).

Hasil karya Nash berkontribusi besar bagi pengembangan Teori Permainan (Game Theory). Pada dasarnya Teori Permainan mempelajari bagaimana orang, perusahaan, atau negara (yang disebut sebagai agen atau pemain) menentukan strateginya dalam berbagai situasi untuk menghadapi strategi yang diambil agen atau pemain lainnya.

Sampai sekarang karya Nash dan Teori Permainan diterapkan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, akunting, komputasi, dan strategi militer.

Dalam Perang Dingin, militer AS dan Uni Soviet menggunakan taktik yang berdasarkan pada ide Nash dan Teori Permainan. Dalam perang ini terjadi suatu kesetimbangan ketika tidak ada pihak yang akan memperoleh keuntungan dengan melakukan serangan nuklir karena balasan dari pihak lawan akan sangat merusak. Suatu serangan akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut Mutual Assured Destruction (MAD) yaitu kehancuran bersama-sama secara besar-besaran. Setiap langkah atau strategi harus diperhitungkan karena bahkan tindakan depensif pun bisa dianggap sebagai provokasi. Jika satu pihak mengubah kesetimbangan (misalnya dengan membangun perisai pertahanan misil) maka harus diperhitungkan apakah hal ini bisa menjadi kesalahan (blunder) strategi yang memicu perang nuklir. Untuk mencegah ketidakseimbangan inilah maka pihak-pihak yang berperang meminta saran para ahli Teori Permainan.

Ide Nash juga digunakan dalam merancang sistem pelelangan oleh pemerintah dalam berbagai proyek seperti lisensi spektrum radio, hak siar pertandingan olahraga, lisensi eksplorasi pertambangan atau lisensi operasi handphone 3G..

Nash kemudian dianugerahi John von Neumann Theory Prize tahun 1978, Nobel Ilmu Ekonomi tahun 1994, dan Leroy P. Steele Prize tahun 1999.

Di tahun 1951, Nash menjadi lektor di Fakultas Matematika Massachusetts Institute of Technology. Di sanalah ia bertemu dengan Alicia Lopez Harrison de Larde yang dinikahinya tahun 1957, bercerai tahun 1963, dan dinikahi kembali tahun 2001.

Di awal tahun 1959, ketika istrinya hamil, pikiran Nash mengalami gangguan dan berubah dari orang yang berpikiran rasional ilmiah menjadi berpikiran delusional (khayalan) dan didiagnosa menderita schizophrenia. Ia sempat kabur ke Eropa dan mencari suaka politik di Perancis dan Jerman Timur namun gagal dan kemudian dideportasi kembali ke AS.

Selama 30 tahun Nash keluar masuk rumah sakit dan mendapat terapi dan obat-obatan. Secara perlahan Nash kemudian sembuh. Namun, baginya ini bukanlah hal yang benar-benar menggembirakan. Bagi Nash, gila bukanlah sesuatu yang buruk. Menurutnya pikiran rasional membatasi konsep seseorang mengenai hubungan dirinya dengan kosmos.

Kisah hidup Nash kemudian diangkat ke dalam film A Beautiful Mind yang dibuat berdasakan tafsiran buku biografi Nash yang ditulis Sylvia Nasar dengan judul yang sama.

No comments:

Humanity|Respect|Try To Not Cry